Sering Keliru, Ini Perbedaan Rasa Percaya Diri dan Egois
Ilustrasi perbedaan rasa percaya diri dan egois (iStockphoto)

Bagikan:

SURABAYA - Rasa percaya diri memang baik untuk dimiliki dan berdampak pada kesehatan mental. Sayangnya rasa tersebut sering disalahartikan. Sebagian orang menganggap seseorang punya kepercayaan diri, padahal ia hanya egois karena mementingkan egonya sendiri. Lalu apa perbedaan rasa percaya diri dan egois?

Perbedaan Rasa Percaya Diri dan Egois

Meski terlihat mirip, kepercayaan diri dan egoisme sangat berbeda. Nick Bognar, terapis yang berbasis di California, dilansir Fatherly, Senin, 20 Juni, menjelaskan bahwa orang percaya diri akan menganggap diri mereka berharga dan cuek dengan pemikiran orang lain.

Sedangkan egoisme justru kebalikannya, karena berputar di sekitar orang lain, biasanya berakar dari harga diri yang rendah.

Jika seseorang bersikap egois, terang Bognar, mereka berusaha untuk meningkatkan harga diri dengan menempatkan orang lain di bawah dan melakukan yang terbaik untuk mempertahankan posisi, bahkan mengorbankan hubungan.

Mengidentifikasi Sikap Egosis

Yang perlu dilakukan untuk mengidentifikasi sikap egosis, menurut terapis, tindakan hanyalah selimut dari ketidakamanan yang mengakar. Berbeda dengan orang percaya diri, mereka merasa aman karena itu mereka menghargai dirinya sendiri.

Untuk mempertahankan citra diri yang rapuh, orang-orang yang egois menggantungkan seluruh rasa diri mereka pada orang lain.

Grace Dowd, seorang terapis di Austin mengatakan bahwa orang yang egois menyukai validasi eksternal dari orang lain. Karena penghargaan atas diri membutuhkan validasi orang lain, maka orang egois biasanya tak mampu mendengar umpan balik negatif.

Mereka mungkin merespons dengan menghasut atau menyalahkan orang lain bahkan merendahkan mereka.

Sikap Egois

Bornar menambahkan, orang-orang yang egois menganggap kesuksesan orang lain sebagai ancaman. Mereka tidak memberi selamat atas pencapaian orang lain. Oleh karena sikap egois, hubungan yang sehat mungkin susah terjalin. Mereka juga mungkin sulit untuk berkolaborasi dengan orang lain.

Saran Kedall Philips, seorang terapis di Deer Park, menyarankan agar melakukan beberapa hal biar enggak terjebak dalam sikap-sikap egois. Seperti, pertama dengan mengakui kelemahan. Terangnya, kelemahan bukan berarti tak mempunyai kekuatan. Justru dengan menggunakan kelemahan, seseorang bisa meningkatkan area tersebut sehingga menjadi kekuatan.

Jika Anda berelasi dengan orang yang egois, saran Dowd, perubahan tidak terjadi dalam semalam. Tetapi menyikapi keegoisan relasi Anda dengan bijak, juga membuat Anda lebih nyaman.