7 Keterampilan Sosial untuk Anak yang Wajib Dibekalkan Orang Tua
Ilustrasi keterampilan sosial pada anak (iStockphoto)

Bagikan:

SURABAYA - Tahukah Anda bahwa sebuah penelitian memperlihatkan anak-anak yang punya keterampilan sosial akan lebih kebal dari stres saat di sekolah. Memiliki keterampilan sosial memang tak terlihat gamblang manfaatnya, namun orang tua tak boleh mengabaikannya. Lalu, apa saja keterampilan sosial untuk anak yang bisa diajarkan oleh orang tua dalam parenting?

Keterampilan sosial untuk anak

Dilansir Verywell Family, Kamis, 23 Juni, ada beberapa keterampilan sosial yang cukup rumit karena bersinggungan dengan sikap tegas saat teman diganggu, atau berani menyatakan ketidaksetujuannya saat kondisi tertentu. Untuk itu, orang tua bisa mengajarkan hal berikut ini sebagai bagian dari cara mendidik anak.

1. Berbagi

Kesediaan anak untuk berbagi makanan dan minuman, penting dalam membantu mereka dalam menjalin pertemanan. Menurut studi diterbitkan dalam Psychological Science, anak-anak berusia dua tahun mungkin menunjukkan keinginan untuk berbagi dengan orang lain.

Namun anak-anak usia 3 dan 6 tahun seringkali egois dalam hal berbagi. Mereka mungkin enggan membagi sepertiga dari kuenya kepada teman sebaya.

Mungkin tak mudah mengajarkan anak untuk berbagi, tetapi bukan tak mungkin. Orang tua bisa memberikan contoh atau memberi pujian ketika mereka terbuka hatinya untuk berbagi.

2. Menjalin kontak mata

Selain cakap santun berbahasa, kontak mata juga bagian penting dari komunikasi. Beberapa anak berjuang untuk melihat orang yang mereka ajak bicara. Kadang, mereka mengibarkan bendera ‘perlawanan’ dengan menghindari kontak mata. Bisa jadi karena malu atau lebih suka menatap lantai.

Jika buah hati Anda berjuang untuk berkomunikasi disertai kontak mata, dukung mereka. Ingatkan dengan lembut, bahwa menjalin kontak mata perlu ia lakukan ketika berkomunikasi.

3. Menggunakan tata krama

Seperti kata ‘minta tolong’ dan ‘terimakasih’, tata krama membantu anak untuk mendapatkan rasa hormat dan bisa menghormati orang lain dengan cara tersebut. Tentu saja mengajarkan tata krama bukan sesuatu yang mudah. Tetapi orang tua perlu mengingatkan, di mana perlu menutup mulut ketika bersendawa, atau menjauh ketika kentut.

4. Mendengarkan

Mendengar bukan hanya tentang berdiam diri, tetapi benar-benar menyerap informasi yang disampaikan. Dengan mendengarkan, anak-anak juga akan mengenal bagaimana cara berkomunikasi yang sehat.

Belajar mendengarkan juga bisa diikuti beberapa cara dalam menyerap informasi, misalnya dengan mencatat. Paling penting lagi, mendengarkan juga dapat mengembangkan empati.

5. Menghargai ruang pribadi

Beberapa anak mudah sekali akrab dengan teman sebayanya. Mereka bahkan bisa ‘melanggar’ ruang pribadi teman-temannya sehingga membuat tidak nyaman. Oleh karena itu, penting untuk mengajari anak-anak bagaimana menghormati ruang pribadi orang lain. Orang tua bisa membuat aturan sederhana di rumah, misalnya mengetuk pintu sebelum masuk kamar ortu.

6. Mengikuti arahan

Anak-anak yang tak bisa mengikuti arahan, mungkin akan mendapatkan konsekuensi yang tak mudah mereka penuhi. Misalnya, apabila tak mengerjakan tugas sekolah, mereka akan mendapatkan hukuman. Agar anak-anak bisa mengikuti arahan dengan baik, orang tua perlu memberikan petunjuk. Mereka perlu dibersamai karena belum memahami sepenuhnya tentang bagaimana bersikap tentang sebab dan akibat.

7. Bekerja sama

Bekerja sama artinya bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Keterampilan bekerja sama pada anak bisa diasah ketika mereka berhasil bergaul dalam komunitas. Misalnya dalam permainan, mereka dan teman sebaya perlu sama-sama terlibat dalam membangun menara.

Dalam bekerja sama dan berkolaborasi, beberapa anak mungkin mengambil posisi kepemimpinan. Sementara yang lain merasa lebih nyaman mengikuti instruksi. Apapun hasil kerja kolaborasi mereka, ini membantu anak-anak belajar tentang diri mereka sendiri dan mengenali perannya dalam kelompok.