Dituduh Paksa Anak Tuna Rungu Bicara, Risma Punya Pembelaan Diri
Mensos Tri Rismaharini (kanan) bersama anak tuna rungu dalam acara perayaan Hari Disabilitas Internasional di Gedung Aneka Bhakti Kementerian Sosial Jakarta (ANTARA/HO-Kemensos)

Bagikan:

SURABAYA - Menteri Sosial Tri Rismaharini disebut memaksa anak tuna rungu untuk bicara. Menanggapi hal tersebut, mantan wali kota Surabaya itu punya alasan sendiri.

Kronologi Tudingan Pemaksaan Anak Tuna Rungu

Sebelumnya, Risma menghadiri rangkaian Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI). Di momen tersebut ia berinteraksi dengan penyandang disabilitas rungu Stefanus.

Saat itu Risma mengaku ingin memastikan alat bantu dengar Stefanus berfungsi dengan baik. Selain itu ia juga mendorong mereka memaksimalkan kemampuan telinganya dan memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas rungu tersebut untuk mencoba merespons komunikasi.

"Saya ingin memastikan bahwa alat bantu dengar itu berfungsi dengan baik. Karena kalau dia tidak bisa merespons, itu bisa merugikan dia," helas Risma dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat, 3 Desember.

Ketulusan Risma

Apa yang dilakukan Risma semata-mata dengan niat tulus. Ia juga ingin mengajak para penyandang disabilitas agar tidak menyerah. Risma juga mengatakan bahwa ia punya pengalaman yang sangat memprihatinkan saat menjadi Wali Kota Surabaya, yakni saat ada penyandang disabilitas rungu yang tertabrak kereta api, dan ada yang kehilangan nyawa karena bencana.

"Ini pengalaman sangat memukul saya. Saya hanya ingin memastikan mereka bisa menyampaikan pesan dengan berbagai cara. Mereka harus bisa bereaksi terhadap lingkungannya khususnya bila itu membahayakan jiwa dan kehormatannya, apakah dengan suara, gerakan tangan, atau alat bantu yang mereka kenakan," kata Risma.

Respons penyandang disabilitas, kata Risma, dalam hal ini penyandang disabilitas rungu kepada lingkungan dinilai sangat penting. Karena jika didasarkan pada pengalaman Risma, hal terduga selalu muncul. Selain itu Risma juga menekankan pentingnya penyandang disabilitas untuk mempertahankan diri. 

Anak tuna rungu harus bisa membela diri

Dalam kondisi tertentu, mereka harus bisa mengatasi sendiri apa yang mereka hadapi, karena tidak selamanya lingkungan dimana mereka berada ramah terhadap mereka.

"Dalam kesempatan tersebut, saya meminta mereka mencoba bersuara. Bagi sebagian penyandang disabilitas rungu, bersuara bukan pekerjaan mudah. Nah, saya meminta mereka, meminta lho ya, agar mereka bisa strive beyond the limit," ujar dia.

Risma memastikan tidak ada niat apapun terhadap penyandang disabilitas. Dia menyatakan telah mendedikasikan arah kebijakan Kementerian Sosial untuk memperkuat dukungan terhadap penyandang disabilitas.

Bahkan, dirinya mengeluarkan kebijakan untuk tidak ada pembangunan gedung. Anggaran dialihkan untuk inovasi alat bantu untuk penyandang disabilitas. Diakui Risma, hal tersebut tidak mudah, karena membutuhkan proses yang sangat lama.

Langkah Kemensos untuk penyandang disabilitas

Kemensos sendiri telah mengambil langkah-langkah nyata dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Melalui Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI), Kemensos telah menyiapkan layanan untuk penyandang disabilitas berjalan terintegrasi.

Program ATENSI memberikan layanan berbasis keluarga, komunitas dan residensial yang terintegrasi dengan layanan dasar baik program di Kemensos maupun program kementerian/lembaga lainnya.