Jembatan yang Putus di Probolinggo Memang Perlu Segera Dibangun Ulang, Tapi yang Tak Kalah Penting Diusut Penyebabnya
Foto via Antara

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo, Jawa Timur membangun dua jembatan antardusun yang putus akibat banjir bandang di Desa Gunggungan Kidul, kabupaten setempat.

"Saat ini yang perlu segera dilakukan pembangunan jembatan darurat untuk akses masyarakat guna memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Pelaksana tugas (Plt) Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko di Probolinggo, Kamis 20 Januari dilansir Antara.

Selain itu, lanjut dia, Pemkab Probolinggo memberikan santunan melalui perangkat daerah terkait kepada keluarga-keluarga terdampak banjir bandang dan satu korban jiwa yang meninggal karena hanyut.

"Untuk perbaikan jembatan saya sudah perintahkan untuk segera merencanakan membangun kembali dua jembatan yang hanyut, namun kali ini dengan desain dan kualitas yang berbeda dengan sebelumnya, minimal ukurannya harus lebih tinggi," katanya.

Ia menjelaskan satu hal penting yang harus menjadi perhatian bersama adalah faktor utama penyebab banjir bandang yang cukup besar agar masyarakat tidak selalu dihantui terus menerus setiap musim hujan tiba, selain itu juga agar pembangunan jembatan tidak sia-sia.

"Kami juga sudah meminta kepada Bapak Kapolres dan tim untuk menyelidiki apakah benar banjir bandang itu dampak dari pembalakan liar atau karena murni longsor tebing dan kontur bukit akibat diguyur hujan sangat deras," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Probolinggo Hengki Cahyo Saputra mengatakan rencana pembangunan dua jembatan itu memang akan didesain dengan struktur bangunan yang permanen dan jauh lebih kuat dari yang sebelumnya agar tahan lebih lama.

"Untuk desain jembatan di bagian hulu sungai itu dipastikan desain jembatan gantung yang paling sesuai, sedangkan untuk jembatan kedua sepanjang 18 meter dibutuhkan jembatan beton, karena sebelumnya sering rusak akibat hantaman banjir," katanya.

Untuk perbaikan empat titik plengsengan yang longsor di bagian hilir, lanjut dia, dibutuhkan bangunan pengarah arus sungai (krib), sehingga ketika ada arus air yang besar akibat hujan, hantaman air tidak langsung menuju tebing lagi, sehingga umur plengsengan atau bronjong bisa tahan lama.

"Estimasi anggaran untuk dua unit jembatan dan empat titik plengsengan tersebut sebesar Rp10 miliar dengan estimasi anggaran untuk jembatan gantung sepanjang 50 meter kurang lebih Rp2 miliar dan untuk jembatan beton perkiraan mencapai Rp4 miliar dengan lebar jembatan 3 meter," ujarnya.

Banjir bandang yang terjadi pada Senin (17/1) malam di Desa Gunggungan Kidul, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo menyebabkan dua unit jembatan penghubung antar-dusun hanyut, empat titik plengsengan pada bagian hilir sungai hancur, dan satu orang meninggal dunia.