Rencana Merger INKA dengan KAI, Pengamat: Proyek INKA di Kongo Bisa Diambil China
Ilustrasi lokomotif kereta api. (Foto: PT INKA)

Bagikan:

JAKARTA - Rencana Menteri BUMN Erick Thohir untuk memergerkan PT INKA (Persero) dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI), ditolak banyak pihak. Pengamat transportasi, MS Hendrowijono menilai rencana merger tersebut tidak tepat.

"Mungkin tujuannya benar tetapi menurut saya tidak tepat. Tapi tidak tepat jika manufacture digabung dengan operator," kata Hendrowijono dalam keterangan yang diterima VOI, dikutip Kamis 29 Oktober.

Hendrowijono setuju dengan pernyataan anggota Komisi VI DPR-RI Mufti Anam yang meminta agar rencana merger INKA dengan KAI dikaji ulang. Pasalnya, perlu kajian mendalam mengenai merger dua perusahaan besar pelat merah.

Menurut Hendrowijono, opsi yang diwacanakan pemerintah sebenarnya memang bertujuan agar INKA dan KAI maju, dan negara mendapat manfaat. Hanya saja kata dia, saat ini INKA sudah punya pabrik baru, fixed cost tinggi, dan butuh proyek demi menggenjot kinerjanya.

Namun di sisi lain, permintaan kereta di pasar domestik hanya berasal dari KAI. Itupun menurut Hendrowijono, baru terjadi dalam tiga tahun terakhir.

"Dalam lima tahun lagi kereta KAI sudah baru semua, tetapi apakah INKA harus ditutup? Saya mendesak perlu penetrasi yang lebih ke pasar global, dan itu harus diraih. Kalau tidak ada proyek dan akusisi INKA terjadi, maka tentunya akan membebani keuangan KAI yang lagi terdampak pandemi COVID-19," paparnya.

Dia juga khawatir, jika INKA jadi anak perusahaan, pemerintah Kongo akan balik kanan dan memilih China atau Turki. Hendrowijono mengaku tidak bisa membayangkan jika proyek bernilai ratusan triliun itu sirna begitu saja.

"Kalau ini terjadi, celaka dua belas. Megaproyek batal, INKA masuk KAI tanpa proyek, yang terjadi KAI ambruk," jelas dia.

Sebagai informasi, PT INKA (Persero) mendapat kesepakatan proyek pengadaan kereta api untuk Kongo senilai 11 miliar dolar AS atau setara Rp161,7 triliun (kurs Rp14.700 per dolar AS). Rencananya, INKA akan memproduksi kereta api penumpang, kereta barang, hingga kereta rel listrik (KRL) untuk negara tersebut.

Hal ini ditandai dengan penandatanganan kontrak bisnis yang dilakukan oleh Direktur INKA Budi Noviantoro dengan perwakilan dari lima BUMN Kongo yang terlibat dalam megaproyek itu. Penandatanganan dilakukan di kantor INKA di Madiun, Jawa Timur pada Rabu 14 Oktober lalu.

Pengamat transportasi dari MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Djoko Setiowarno mengatakan, PT INKA, saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup bagus.

"Inovasi dan kreativitas pengembangan usahanya sudah mulai menampakkan hasilnya. Diberi kepercayaan negara lain untuk memproduksi kereta dan lokomotif. Hasil sinergi dengan beberapa BUMN, dapat kepercayaan untuk membangun jaringan kereta beserta sarananya yang menghubungkan beberapa negara di Afrika," jelas Djoko.