Tips Mengatur Cash Flow dari Ahli Agar Tak Bangkrut saat Akhir Bulan
Ilustrasi mengatur keuangan (Pexels/Pixabay)

Bagikan:

SURABAYA - Tak sedikit orang yang mengalami "kebangkrutan" saat akhir bulan gara-gara terjebak gaya hidup boros dan keliru mengatur keuangan. Untuk menghindari itu, Anda bisa mencoba tips mengatur cash flow dengan baik.

Tips Mengatur Cash Flow

Certified Financial Planner Aliyah Natasya menjelaskan, agar masyarakat bisa mengatur keuangan dengan baik, salah satu tips yang bisa dilakukan adalah dengan mendahulukan menabung setelah menerima pemasukan.

"Sebelum mengatur cash flow, sebenarnya uang itu tuh sifatnya sangat personal. Jadi yang harus kita atur adalah diri kita sendiri. Kalau kita punya self control yang bagus, biasanya control management keuangannya juga bagus," ujar Aliyah saat jumpa pers virtual, mengutip ANTARA, Selasa, 19 Juli.

"Tipsnya jangan terbuai misal pandemi mau berakhir, kita boleh leha-leha. Boleh, tapi yang kita tidak boleh terbuai adalah kita tetap harus punya dana yang ditabung. Jadi berapapun dana yang masuk, 10 persen sudah kita masukkan ke tabungan," tambahnya.

Utamakan Menabung

Lebih lanjut, Aliyah mengatakan bahwa umumnya masyarakat mengeluarkan uang sesuai kebutuhan terlebih dulu. Setelah itu, mereka baru akan menabung sisa uangnya setelah memenuhi seluruh kebutuhan bulanan.

Namun, Aliyah menjelaskan menabung terlebih dulu adalah hal penting yang harus dilakukan. Sebab jika sudah menabung, kebutuhan bulanan pun secara otomatis akan mengikuti sisa keuangan yang dimiliki oleh masing-masing individu.

"Kenapa harus ada yang ditabung terlebih dulu? Karena manusia pada dasarnya akan survive dengan berapapun yang mereka miliki. Akan cukup. Jadi kalau shopping dulu baru nabung, itu kebalik. Memang harus save first, spend later," jelas Aliyah.

Rumus Tagihan

Jika memiliki cicilan, Aliyah juga menyarankan agar masyarakat tidak memiliki tagihan lebih dari 30 persen dari jumlah pendapatan masing-masing. Sebab jika lebih dari itu, maka dana untuk memenuhi kebutuhan lain pun akan terganggu.

"90 persennya bisa disesuaikan untuk kebutuhan masing-masing. Kalau memang kebutuhan utama 50 persen, 30 persen tuh sudah cicilan. Cicilan apa saja. Batasi memiliki cicilan hutang lebih dari 30 persen. Kenapa? Karena kalau lebih akan menyeret-nyeret ke kebutuhan yang lain," ujar Aliyah.

"Cuma yang kadang kita lupakan adalah kalau dikasih limit, limit itu adalah milik kita seutuhnya. Jadi kadang mungkin kita bisa melihat, misal dikasih limit 20 juta, sedangkan gaji kita hanya 6 juta. Nah hal-hal seperti ini yang sebaiknya kita waspadai," tutupnya.