SURABAYA - Orgasme dan ejakulasi jadi dua hal yang kerap dibingungkan oleh pasangan yang telah menikah. Hal itu terjadi karena kurangnya seks edukasi pada pasangan. Hal yang dibingungkan seperti kriteria orgasme dan ejakulasi yang normal.
Pertanyaan Seputar Seks
Marty Klein, Ph.D., seorang seks terapis bersertifikat dan psikolog berlisensi, menjelaskan bahwa selama 35 tahun kariernya, banyak pasangan bertanya terkait dunia seksualitas. Pertanyaan tersebut seperti berapa lama orgasme dan atau ejakulasi normal, berapa inci penetrasi, berapa lama hubungan seksual, dan lain sebagainya.
BACA JUGA:
Baik pria atau wanita banyak yang membandingkan diri dengan beberapa ‘rata-rata’ dan menilai diri mereka sendiri. Apakah mereka lebih baik, atau seenggaknya sama seperti orang lain, dan apakah baik-baik saja.
Kriteria Orgasme dan Ejakulasi
Menurut Klein dilansir Psychology Today, apa yang normal tidak memprediksi jawaban untuk pertanyaan keberhasilan dalam hubungan seksual. Menurut pengalamannya sebagai seks terapis dan psikolog, yang ‘normal’ secara seksual sering tersandung hal-hal berikut ini.
1. Berhubungan seks saat lelah
Dalam konteks di Amerika, kebanyakan orang bercinta dengan pasangannya ketika mereka terlalu lelah untuk melakukan sesuatu yang produktif. Sangat jarang orang dewasa berkata “Sayang, mari berduaan Sabtu malam nanti?” atau “Oh, orang tuamu akan membawa anak-anak besok malam? Mari kita berhubungan seks daripada berkencan”.
Saat lelah, seks cenderung pendek, asal-asalan, berorientasi pada tujuan, dan mekanis. Sedikit energi untuk berciuman, tak sabar ketika foreplay, dan jika sesuatu berjalan tidak sesuai yang direncanakan, pasangan akan menunda berduaan.
2. Berhubungan seks serampangan
Biasanya, jelas Klein, karena mereka gugup atau ingin mengurangi hambatan dengan mengundang pasangannya untuk minum. Atau karena seks secara fisik atau emosional tidak nyaman.
Ketika orang-orang berada di bawah pengaruh alkohol, misalnya, pengambilan keputusan cenderung kompromis. Yang terjadi, tidak menggunakan alat kontrasepsi, cenderung tidak berkomunikasi dengan jelas, canggung di tempat tidur yang efeknya sulit mencapai klimaks atau orgasme dan ejakulasi.
3. Tidak selalu mengetahui preferensi pasangannya
Dua orang yang berpasangan, perlu selalu mengetahu preferensi satu sama lain baik dalam makanan, musik, film, gaya mengemudi, dan lainnya. Tetapi banyak orang yang ragu-ragu untuk mengatakan tentang preferensi seksualnya.
Sejumlah kendala di atas, jika dapat diatasi dapat melandasi atau menjadi syarat ‘normal’ secara seksual. Bagi pasangan yang sudah berkomitmen lama, consent atau persetujuan juga tepat wajib terjalin dua arah.