SURABAYA - Tubuh memiliki semacam "bagasi emosional" yang jarang mendapat perhatian yang baik. "Bagasi" tersebut berisi emosi yang gagal diproses dan tak ditangani dengan baik. Emosi tersebut makin lama makin meluap dan ditekan di bawah kesadaran. Lalu, bagaimana cara menghilangkan luapan emosi tersebut agar tak ganggu kesehatan mental?
Tak disadari bahwa luapan emosi tak hanya berpengaruh pada kondisi fisik namun juga pada kesehatan mental. Bahkan, berpengaruh pada cara berpikir tentang diri, bagaimana reaksi saat mendapat tekanan, hingga berpengaruh pada hubungan dengan orang lain.
BACA JUGA:
Cara Menghilangkan Luapan Emosi
Melansir Healthline, Senin, 15 Agustus, emosi yang terjebak bisa dikenali dengan cara tertentu. Misalnya, mungkin Anda pernah mendengar bahwa ada orang menangis selama perawatan akupuntur, pijat, dan yoga. Beberapa ahli mungkin merujuk pada trauma yang ‘disimpan’ atau ‘terjebak’ dalam tubuh.
Ini dialami ketika otak mengasosiasikan dengan memori tertentu dalam tingkat bawah sadar. Menurut Mark Olson, Ph.D., LMT., pemilik dan direktur Pacific Center for Awareness & Bodywork, emosi terus-menerus dihasilkan secara tidak sadar atau sadar sebagai respons terhadap pengaktifan kembali ingatan atau tujuan yang tidak terpuaskan.
Sentuhan ke Area Tertentu
Sentuhan ke area tertentu hanyalah stimulus yang dapat diandalkan untuk merekonstruksi pola yang terkait dengan peristiwa traumatis tertentu.
Olson percaya, segala sesuatu terjadi pada otak. Ketika salah satu area tubuh disentuh bisa memunculkan emosi atau ingatan, sensasi tertentu akan terbentuk.
Sumbatan karena Emosi
Bradley Nelson, DC, mengatakan bahwa getaran emosional yang terperangkap menyebabkan jaringan sekitarnya bergetar pada frekuensi yang sama, dikenal sebagai resonansi.
Dalam bukunya The Emotion Code, Nelson menulis bahwa setiap emosi yang terperangkap berada di lokasi tertentu di dalam tubuh, bergetar pada frekuensinya sendiri. Ini dapat menyebabkan banyak emosi menumpuk dan menyumbat.
Kaitan Tubuh dan Pikiran
Tubuh dan pikiran berkaitan, ini membuat tubuh merasakan sensasinya. Nelson menjelaskan, perasaan berasal dari apa yang dikatakan sistem saraf Anda. Gambarannya, ketika Anda berada dalam situasi yang membuat takut, tubuh akan menghasilkan respons fisik terhadap emosi ini dengan mengaktifkan respons fight-flight-freeze.
Menurut penelitian, pemrosesan emosional terjadi di limbik otak. Saat informasi diterima terus-menerus, menghasilkan respons sistem saraf otonom pra sadar. Ini mengirimkan sinyal ke tubuh untuk mengaktifkan emosi yang sesuai. Nah, ketika mekanisme mengirim sinyal dan mengaktifkan emosi terganggu, energi emosi terperangkap di dalam tubuh.
Diri Sejati dan Diri yang Palsu
Dalam psikologi, menganggap diri sejati merupakan bagian dari diri kita sejak lahir yang secara alami terbuka, ingin tahu, dan percaya. Sementara diri yang palsu muncul sebagai seperangkat strategi adaptif untuk menghadapi rasa sakit dan kehilangan.
Reaksi munculnya kedirian yang palsu tersebut, biasanya diekspresikan sebagai kebencian, pengambilan keputusan yang buruk, sabotase diri, reaksi berlebihan, peningkatan stres dan kecemasan, depresi, serta kelelahan.
Cara Merilis Tekanan Emosi
Emosi yang terperangkap dapat membebani kita. Selain itu, juga memengaruhi suasana hati kita, dan menguras energi. Untuk merilis tekanan dan bagasi emosi yang tertahan, seseorang perlu mengakui perasaannya terlebih dahulu.
Cobalah untuk mengidentifikasi perasaan yang dirasakan, kemudian bekerja mengelola perasaan tersebut tetapi bukan menahan dan menyimpannya. Sebuah penelitian tahun 2007, menunjukkan bahwa melabeli emosi dapat menurunkan intensitasnya.
Cara kedua, kembangkan strategi koping. Perlu dipahami bahwa strategi koping seringkali menghasilkan perasaan terisolasi. Tetapi di saat yang bersamaan, ini merupakan langkah mandiri untuk beradaptasi. Seperti dengan mengidentifikasi akar masalah dan memenuhi kebutuhan Anda yang sebenarnya.
Cara selanjutnya, melakukan gerakan yang disengaja atau disebut dengan pengalaman somatik. Cara ini mengatasi ketegangan dan emosi yang belum diproses dan tertinggal di tubuh.
Vincent menyarankan untuk menari, peregangan, yoga, qi gong, Tai Chi, jalan meditatif, latihan pernapasan perut. Cara keempat, diam memungkinkan kita untuk berada dengan pikiran dan perasaan kita dalam keadaan sekarang.
Artikel ini telah tayang dengan judul Cara Menghilangkan Tekanan Emosi yang Terperangkap dalam Tubuh.