Pelajar SD-SMP di Surabaya Punya Kewajiban Selain Belajar, Nobar Film "Soera Ing Baja"
Foto via Antara

Bagikan:

JAKARTA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mewajibkan pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Pahlawan, Jawa Timur, nonton bareng (nobar) film "Soera Ing Baja: Gemuruh Revolusi 45".

"Film ini sungguh luar biasa, sebagaimana dikisahkan di dalamnya mengenai perjuangan Arek-Arek Suroboyo yang luar biasa dengan semangatnya Bung Tomo," kata Eri Cahyadi saat nonton bareng film "Soera Ing Baja" di salah satu studio XXI di Kota Surabaya, Senin 2 Januari.

Saat nobar, Cak Eri panggilan akrab Wali Kota Eri Cahyadi juga mengajak seluruh jajaran Perangkat Daerah (PD), camat, lurah, serta komunitas pegiat sejarah yang terlibat dalam pembuatan film tersebut.

Menurut Cak Eri, film dokumenter drama (dokudrama) berdurasi 60 menit itu wajib ditonton oleh generasi penerus bangsa, terutama Arek-Arek Suroboyo. Dengan melihat film itu, secara otomatis jiwa generasi muda Kota Surabaya akan terpatri rasa kepahlawanan.

Menanamkan rasa kepahlawanan pada generasi penerus bangsa pada masa kini, lanjut dia, bukan lagi untuk melawan pendudukan penjajah, melainkan untuk melawan kemiskinan, gizi buruk, stunting, putus sekolah, dan kebodohan.

"Seluruh siswa SD-SMP yang di bawah kewenangan pemkot, kami wajibkan nobar film ini. Nanti ada dua studio yang kami siapkan," ujar dia dilansir dari Antara.

Cak Eri juga menyampaikan bahwa pemkot juga akan menayangkan film "Soera Ing Baja" di Museum Pendidikan. Dia meminta jajarannya di pemkot untuk menyiapkan layar lebar, agar masyarakat dapat menikmati film tersebut.

Film hasil kolaborasi antara pemkot dengan komunitas pegiat sejarah dan TVRI Jawa Timur yang disutradarai Faizal Anwar dan Achmad Zaki Yamani itu diharapkan bisa memberikan manfaat bagi generasi muda Kota Pahlawan. Setelah sukses tayang, Cak Eri berencana membuat film sejarah yang lebih megah lagi.

Cak Eri menambahkan, memerankan sosok Presiden Soekarno dalam film "Soera Ing Baja" sangat berbeda dengan film "Kusno" sebelumnya. "Saya nervous (grogi) memerankan sosok Bung Karno. Karena film ini benar-benar heroik dan menggambarkan sejarah pertempuran Kota Surabaya," kata dia.

Sebelumnya, sutradara Achmad Zaki Yamani mengatakan, film yang digarapnya kali ini berdasarkan kisah pertempuran yang diambil dari arsip serta data sejarah.

Beberapa arsip di antaranya arsip pemberitaan Resolusi Jihad di surat kabar, arsip resmi laporan kematian Brigadir Mallaby yang baru dapat dibuka pada 2022, arsip Surat Penetapan Pemerintah Republik Indonesia tentang Hari Pahlawan pada 1946, serta dokumen asli pidato Presiden Soekarno saat peresmian Tugu Pahlawan pada 10 November 1952.

"Film ini adalah gambaran peristiwa yang terjadi pascaproklamasi kemerdekaan Indonesia di Surabaya hingga terjadinya palagan nasional pertempuran Surabaya. Hingga akhirnya pemerintah pusat saat itu menetapkan 10 November sebagai peringatan Hari Pahlawan dan membangun Tugu Pahlawan untuk mengenang peristiwa besar itu," kata Zaki.