Museum Bukan Tempat Menyimpan Barang Kuno Saja, Tapi Punya Fungsi Penting
Photo by Ninda Swargathi on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Pengelolaan museum di Indonesia harus bisa dimaksimalkan. Jangan cuma dipakai untuk menyimpan barang-barang kuno atau berharga. Tapi museum untuk melestarikan sejarah.

"Bangsa yang maju memiliki data sejarah yang terkoleksi dan terarsip dengan baik, sehingga dapat dipelajari secara komprehensif untuk menjadi dasar kajian yang bisa dimanfaatkan untuk mengantisipasi tantangan di masa datang,” kata Ketua DPR RI Puan Maharani, Selasa 22 Agustus.

“Maka penting sekali kita merawat museum sebagai tempat yang menyimpan serta mengarsipkan bukti-bukti sejarah dan peninggalan masa lampau bangsa Indonesia," sambung perempuan pertama Ketua DPR RI itu.

Seperti diketahui, atap Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah roboh beberapa waktu lalu. Akibatnya, pengelolaan Museum Nasional Indonesia yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tersebut mendapat kritikan tajam.

Selain itu, sejumlah pengunjung juga merasa pengelolaan museum kurang baik di antaranya karena penataan koleksi yang seolah asal taruh. Kemudian arca yang mengkilap karena bebas dipegang, serta karena adanya rombongan pengunjung yang membuka bekal sambil lesehan.

Puan berharap agar pengelolaan museum-museum yang ada di Indonesia bisa lebih ditingkatkan.

"Jangan sampai terkesan museum hanya menjadi tempat untuk menaruh barang kuno tapi mengesampingkan fungsi dan tujuannya," ucap Puan.

Mantan Menko PMK itu menyebut, museum juga harus berperan sebagai sumber pendidikan untuk menumbuhkan wawasan kebangsaan warga negara. Puan berharap, museum tak hanya sekadar menjadi tempat benda-benda bersejarah.

"Jika dikelola dengan baik, museum dapat berperan dalam kemajuan zaman. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang sejarahnya, termasuk benda atau bukti-bukti peninggalan perjuangan bangsa ini," sebutnya.

Puan menilai, pengelolaan museum dengan mengikuti perkembangan zaman juga dapat memantik minat generasi muda. Oleh karenanya, pihak museum didorong untuk lebih jeli melihat peluang.

“Fasilitas di museum bisa dibuat dengan tema-tema yang disukai anak-anak muda. Tentunya tanpa meninggalkan estetika dan nilai-nilai yang dibangun dari masing-masing museum,” imbau Puan.

“Dan upayakan agar ada program-program yang melibatkan partisipasi dari pengunjung, termasuk bagi komunitas-komunitas pecinta sejarah dan benda-benda peninggalan masa lalu,” sambungnya.

Untuk Museum Nasional yang berada di Jakarta, Puan mendorong untuk semakin mempercantik diri dan bersiap. Sebab dengan koleksi-koleksi yang lengkap, museum terbesar di Asia Tenggara tersebut berpotensi menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.

Puan mengingatkan pentingnya Museum Nasional untuk menjadi tempat penyimpanan benda-benda bersejarah Indonesia yang sempat berada di luar negeri. Contohnya, benda-benda pusaka Indonesia yang akan dipulangkan oleh Belanda.

Sejumlah benda bersejarah Indonesia yang baru direpatriasi Belanda dan akan dikembalikan ke Tanah Air berjumlah 472 buah. Beberapa diantaranya adalah 4 arca Singosari dan 335 harta karun Lombok.

"Benda-benda itu juga diberi status sebagai Benda Cagar Budaya sebelum sampai di Indonesia. Jadi penataan dan persiapan yang dilakukan museum harus maksimal. Jangan sampai kita sudah susah payah mengambil kembali benda sejarah kita, tapi tidak disimpan dengan baik," tutup Puan.