Bagikan:

YOGYAKARTA – Plengkung Gading jadi salah satu peninggalan sejarah yang unik. Masyarakat mengenal Plengkung Gading Jogja sebagai bagian dari Benteng Kraton Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tidak hanya memiliki bentuk yang unik, Plengkung Gading punya nilai sejarah yang berharga. Untuk lebih jelasnya simak penjelasannya berikut ini.

Mengenal Plengkung Gading Jogja

Plengkung Gading Yogyakarta adalah sebuah bangunan peninggalan sejarah berupa pintu gerbang. Bentuknya yang melengkung jadi muasal mengapa pintu tersebut disebut dengan Plengkung yang dalam bahasa Indonesia artinya melengkung.

Sedangkan Gading merujuk pada beberapa lokasi serta warnanya. Sebutan Gading diberikan karena pintu ini ada di Jalan Gading. Namun ada pula yang menganggap bahwa nama Gading merujuk pada warna pintu yang berwarna putih menyerupai warna gading gajah.

Warna tersebut konon sudah sejak lama diterapkan pada pintu tersebut. Bahkan sampai saat ini keasliannya terus dijaga sehingga memiliki nilai historis yang tinggi.

Ada Lima Plengkung Lain di Benteng Keraton

Sebagai bagian dari benteng, Plengkung Gading sebenarnya adalah gapura yang menyediakan akses keluar masuk menuju Jeron Benteng Keraton atau dalam benteng Keraton. Plengkung Gading hanya sebutan dari satu gapura saja.

Jika dihitung keseluruhan, ada lima pintu Plengkung yang fungsinya sebagai akses masuk ke Keraton. Masing-masing Plengkung tersebut memiliki nama yakni Plengkung Tarunasura, Plengkung Nirbaya, Plengkung Madyasura, Plengkung Jaga Surya dan Jagabaya. Sedangkan yang paling terkenal adalah Plengkung Gading atau yang memiliki nama lain yakni Plengkung Nirbaya.

Fungsi Plengkung Gading yang Magis

Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Keraton Yogyakarta, Sultan tidak diperkenankan melewati pintu Plengkung Gading semasa hidupnya. Pintu Plengkung Gading hanya boleh dilalui saat prosesi pemakaman Sultan yang telah meninggal.

Plengkung Gading menjadi pintu keluar bagi jenazah Sultan yang akan dimakamkan di Makam Imogiri. Namun selama Sultan Yogyakarta masih hidup dan bertitah, melewati Plengkung Gading adalah sebuah pantangan.

Fungsi Plengkung Gading juga selaras dengan filosofi nama yang disematkan bagi gapura tersebut. Penamaan Nirbaya diberikan bukan tanpa alasan.

Nama Nirbaya berasal dari dua kata yaitu Nir dan Baya. Dikutip dari website resmi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Nir artinya tidak ada, sedangkan Baya berarti bahaya. Jika keduanya digabung Nirbaya artinya tidak ada ancaman bahaya yang mengancam.

Dibangun Sejak Sultan 1

Plengkung Gading dirancang dan dibangun di era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792). HB 1 adalah raja Keraton Yogyakarta yang pertama.

Selain dirancang sebagai pintu keluar, Plengkung Gading sekaligus menjadi pos penjagaan prajurit Keraton. Di sekita Plengkung terdapat tangga menuju atas Benteng yang biasa dijadikan prajuti untuk berjaga sekaligus memantau keadaan di luar Keraton.

Selain mengenal Plengkung Gading Jogja, kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.