Penyakit Hepatitis Akut Baru: Tak Perlu Bersikap Paranoid, yang Penting Jaga Kebersihan
Ilustrasi: penyakit hepatitis akut baru saat ini lebih banyak menyerang anak-anak, namun bukan tidak mungkin akan menular ke manusia dewasa. (Antara/Oky Lukmansyah)

Bagikan:

JAKARTA – Pandemi COVID-19 baru agak mereda, dunia sudah dihebohkan kedatangan penyakit baru yang secara umum dinamai hepatitis akut baru. Bahkan media menyebutnya sebagai hepatitis akut misterius, walaupun sebenarnya penyakit yang mulai muncul di Inggris pada 5 April 2022 bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti secara berlebihan.

Hepatitis akut yang belum diketahui jenisnya ini pertama kali muncul di Negeri Ratu Elizabeth II dengan langsung 10 kasus. Semua kasus menyerang anak-anak usia di bawah 16 tahun, dan seluruh penderita harus dirawat di rumah sakit. Lewat pemeriksaan laboratorium, tidak ditemukan adanya virus hepatitis A hingga E.

Mendadak hanya dalam waktu 5 hari, di Inggris pada 10 April ditemukan ada 74 kasus di negeri itu. Gegerlah negeri itu. Enam anak dari seluruh penderita awal di Inggris harus menjalani operasi transplatasi hati, untuk menyembuhkan hepatitis yang belum diketahui jenisnya tersebut.

Ilustrasi vaksin hepatitis B. (Unsplash)

“Sebenarnya yang disebut peradangan hati belum tentu disebabkan virus hepatitis. Demam berdarah bahkan keracunan obat pun kadang menyebabkan peradangan hati. Dalam kasus penyakit baru yang disebut hepatitis misterius ini, gejala yang dijumpai adalah peradangan hati namun saat dites virus hepatitis A, B, C, dan lainnya tidak menunjukkan hasil positif,” ujar Lucy Endang Savitri, dokter spesialis anak di RS JIH, Surakarta kepada VOI.

“Ikatan Dokter Anak Indonesia tidak menyebutkan penyakit baru ini dengan istilah misterius. Kita menyebutnya sebagai hepatitis akut, karena gejala penyakit langsung muncul dalam tempo kurang dari dua pekan. Ini bukan penyakit misterius, hanya saja memang belum dapat diidentifikasi jenisnya,” ujar Lucy menambahkan.

Persebaran Hepatitis Akut Baru

Per 21 April, hepatitis akut jenis baru ini sudah menyebar ke 16 negara. Kasus terbanyak di Inggris Raya dengan 114 kasus, saat ini bahkan sudah 163 kasus. Kemudian di Irlandia (5 kasus), Spanyol (13 kasus, 3 di antaranya dijumpai pada bayi), Israel (12 kasus), Amerika Serikat (9 kasus), Denmark (6 kasus), Belanda (4 kasus), Italia (4 kasus), Norwegia dan Prancis masing-masing 2 kasus, serta Rumania dan Belgia masing-masing 1 kasus.

Akhir April penyakit baru ini sudah mencapai Kanada dan Jepang. Sedangkan pada Mei sudah mencapai Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, dijumpai empat kasus hepatitis akut baru yang mengakibatkan empat penderita meninggal dunia.

Tiga kasus terjadi di Jakarta, sedangkan satu kasus ada di Tulungagung, Jawa Timur. Berdasarkan pemberitahuan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang diterima VOI, Kementerian Kesehatan RI sudah menggelar rapat dengan nama Rapat Koordinasi Kewaspadaan Dini Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Penyebabnya pada 1 Mei.

Orang Dewasa Perlu Waspada

Dalam diskusi virtual yang digelar IDAI pada 7 Mei, terungkap bahwa belum ada kasus hepatitis akut baru yang dijumpai pada orang dewasa.

“Sampai saat ini yang ditemukan itu hanya pada anak. Jadi paling tua 16 tahun. Tapi anak itu sebenarnya sampai 18 tahun, tapi ini yang tertua 16 tahun. Terbanyak sebenarnya ditemukan di bawah 6 tahun,” kata Muzal Kadim, Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi IDAI.

Meskipun belum ada temuan kasus hepatitis akut baru pada orang dewasa, bukan berarti penyakit baru ini tidak dapat menular ke manusia di luar usia anak-anak.

“Penularan penyakit sebenarnya bisa terjadi di mana saja dan ke siapa saja, tidak ada pembatasan yang jelas soal usia. Hepatitis akut baru memang belum ditemukan pada orang dewasa, namun bukan berarti mustahil menulari orang dewasa. Pastinya, semua lapisan usia harus waspada,” kata Lucy.

Hal terpenting yang harus dilakukan adalah pencegahan, dan cara termudah adalah menjaga kebersihan. IDAI sudah mengeluarkan SOP untuk para dokter anak jika menemui kasus hepatitis akut baru.

Ilustrasi tes hepatitis C. (Unsplash)

Imbauan pencegahan bagi masyarakat adalah mencuci tangan pakai sabun, minum air bersih dan matang, makan makanan bersih dan matang, memakai masker, membawa alat makan sendiri, menjaga jarak, tidak kontak dengan orang sakit, jangan berenang di pemandian umum, hindari main di playground, serta jangan menyentuh gagang pintu atau apapun yang biasa dipegang umum.

Kasus hepatitis akut baru ini sudah menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Badan PBB yang mengurusi masalah kesehatan ini bahkan sudah menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap kasus hepatitis akut baru, yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia.

WHO menyebutkan bahwa hepatitis akut baru kemungkinan disebabkan oleh Adenovirus, yaitu virus yang biasa menyerang bagian adenoids atau amandel. Virus ini dapat menyerang siapa saja, manusia maupun hewan.

Kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss. (Wikipedia)

Gejala yang ditimbulkan biasanya berupa pilek ringan, namun belum ada kasus serangan Adenovirus yang menyebabkan peradangan hati. WHO belum memberikan konfirmasi bahwa Adenovirus adalah penyebab hepatitis akut baru.

Sebaiknya kita semua harus tetap waspada. Tujuannya jelas, agar hepatitis akut baru tidak semakin menggila seperti COVID-19 yang sudah merenggut kebahagiaan jutaan orang di dunia.