Siapa La Nyalla Mattalitti, Ketua DPD RI yang Sempat Pelihara Preman dan Ditahan karena Kasus Dana Hibah Kadin
La Nyalla Mattalitti (Sumber: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Siapa sangka, mantan Ketua Umum PSSI yang kini menjabat Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti pernah merasakan pahitnya kehidupan sebagai golongan bawah di masa mudanya. Lelaki Bugis itu sempat merasakan perjalanan di lorong gelap.

Pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1959 tumbuh besar di Surabaya. Ia dekat dunia malam. La Nyalla keluar dari lingkungan yang disebut dunia hitam itu ketika usianya menginjak 40 tahun.

"Orang memberi cap saya sebagai orang yang hidup di dunia hitam. Biar saja, itu atas penglihatan kasat mata mereka. Padahal saya berdakwah di sana. Saya memberi pengaruh, dan memberi warna. Tetapi biarlah orang menilai apa," La Nyalla, dikutip Era.id, Minggu, 11 April.

"Setelah berhenti, saya berdakwah dengan cara yang berbeda. Sebagai pengusaha, saya berdakwah dengan harta yang dititipkan Allah kepada saya,” katanya.

Selain dikenal sebagai pejabat dan politikus, La Nyalla memang pengusaha sukses kini. Ia diketahui juga memiliki koleksi benda pusaka, keris yang ia maknai sebagai falsafah hidup. “Paling tidak, seperti itulah perjalanan hidup saya,” ucap-nya lirih.

Perlahan dari bawah

Di masa mudanya, La Nyalla pernah bekerja serabutan. Ia pernah jadi sopir angkutan kota tujuan Wononokromo-Jembatan Merah, Surabaya. Ia juga pernah mengemudikan minibus L-300 tujuan Surabaya-Malang.

La Nyalla sempat berkarier di pengobatan alternatif sebagai ahli terapi penyakit. Pasiennya beragam, mulai dari pedagang kaki lima hingga akademisi, yakni dosen. La Nyalla berhenti buka praktik karena ogah disebut dukun.

"Hidup memang bukan seperti sebentang garis lurus di peta. Tidak ada hidup yang tanpa kelokan. Karena manusia memang selalu dihadapkan pada banyak tantangan. Di mana pun dan kapan pun," tuturnya.

La Nyalla dilahirkan di tengah keluarga Bugis. Kakeknya, Mattalitti adalah saudagar Bugis-Makassar yang dikenal di Surabaya. Bapaknya, Mahmud Mattalitti, dosen fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair), Surabaya.

La Nyalla pernah bekerja sebagai Pembantu Dekan Fakultas Hukum di Unair. Namun ia menolak jika disebut menggunakan nama besar keluarga dalam hidupnya.

Menginjak usia dewasa, La Nyalla memilih tinggal di kompleks Makam Sunan Giri, Gresik. Di sana ia mengumpulkan banyak warga golongan bawah. Sebagian di antara mereka bahkan dikenal sebagai preman.

Preman-preman itu diajak La Nyalla mendekatkan diri dengan Allah SWT. Proses itu yang membuat La Nyalla memiliki ribuan pengikut setia hingga kini.

"Kalau Anda melihat saya seperti sekarang, itu karena tekad saya bulat. Kerja sungguh-sungguh, tetapi tetap tawakal kepada Allah," kata La Nyalla yang juga pengusaha konstruksi.

Titik awal sebagai pengusaha

Titik awal La Nyalla sebagai pengusaha dimulai ketika ia membuat pameran dagang bertajuk Kreativitas Anak Muda Indonesia (KAMI) di Surabaya, tahun 1989. Nekat. Pameran yang disponsori PT Maspion itu membuat La Nyala bangkrut, alih-alih sukses.

Ia sempat terlilit utang. Bahkan, pemilik perusahaan konstruksi, PT Airlanggatama Nusantarasakti itu sempat ingin menyerah sebagai pengusaha.

Namun, La Nyalla yang sempat menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu memilih bangkit. Ia kembali melobi PT Maspion untuk mensponsori pameran berikutnya.

Lalu pameran dengan nama baru, Surabaya Expo pun berhasil. Kegiatan yang berlangsung sejak tahun 1990 itu berkibar dan jadi agenda tahunan di Kota Surabaya hingga 2001. Dari titik inilah La Nyalla dikenal banyak kalangan pengusaha dan pejabat pemerintahan.

“Dari kisah hidup itu saya belajar tentang arti kerja keras dan berani menjawab tantangan. Namun sekali lagi, harus tetap rendah hati dan tawakal. Kalau saat itu saya lempar handuk, saya tidak akan seperti sekarang," katanya.

Penyimpangan dana hibah Kadin Jatim

La Nyalla kini adalah pengusaha sekaligus pejabat. Ia juga aktif di berbagai organisasi. Selain menjabat Ketua Umum Kadin Jatim, La Nyalla juga memegang peran sebagai Ketua MPW Pemuda Pancasila Jatim.

Di berbagai organisasi lain, La Nyalla juga pernah ditunjuk sebagai Ketua DPD Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gepeknas) Jatim, aktif di KONI Jatim, melibatkan diri di berbagai yayasan sosial-keagamaan, termasuk mendirikan Yayasan La Nyalla Academia.

Dari banyak jabatan keorganisasian itu, perannya di Kadin Jatim jadi sorotan. Ia sempat dikaitkan dengan perkara hukum penyimpangan dana hibah KADIN Jatim dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012-2014.

La Nyalla bahkan sempat ditetapkan tersangka. Ia ditahan tujuh bulan oleh Kejaksaan pada Maret 2016 dan disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Namun, dalam persidangan yang panjang itu, tak ada satupun dari 24 saksi yang dihadirkan jaksa menjelaskan keterlibatan La Nyalla secara langsung dalam korupsi dana hibah yang diterima. Majelis hakim pun memvonis La Nyalla dengan putusan bebas murni.

Tak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan jaksa, La Nyalla bebas pada 27 Desember 2016. Lalu, pada 18 Juli 2017, pengajuan kasasi oleh jaksa ditolak Mahkamah Agung (MA).

Dinihari, 2 Oktober 2019, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti sah dilantik sebagai Ketua DPD RI oleh Ketua Mahkamah Agung RI yang saat itu dijabat M. Hatta Ali, paman kandung LaNyalla sendiri.

*Baca Informasi lain soal ISU NASIONAL atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian.

BERNAS Lainnya