Ekonom: Kenaikan Gas LPG Non-subsidi Menambah Beban Masyarakat
Foto: Humas Pertamina

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kenaikan harga gas LPG non-subsidi akan menambah beban masyarakat. Mengingat pendapatan masyarakat secara umum belum pulih seperti sebelum pandemi COVID-19.

"Yang pasti kenaikan harga LPG ini akan menambah beban masyarakat khususnya kelas menengah. Tentunya akan berakibat pada inflasi yang jauh lebih tinggi," tuturnya saat dihubungi VOI, Senin, 28 Februari.

Tak hanya itu, Bhima juga meyakini akan terjadi migrasi masyarakat kelas menengah yang tadinya menggunakan LPG non-subsidi beralih ke gas LPG 3 kilogram (Kg) atau gas melon. Karena itu, pemerintah harus mengantisipasi hal tersebut.

"Yang perlu diantisipasi itu bergeser nih masyarakat kelas menengah yang biasa menikmati LPG non-subsidi, mungkin akan masuk ke LPG yang 3 kg atau LPG subsidi karena gap harga atau selisihnya sudah semakin jauh," tuturnya saat dihubungi VOI, Senin, 28 Februari.

Menurut Bhima, jika pengguna LPG bersubsidi bertambah banyak, maka belanja subsidi akan membengkak juga. Karena itu, Bhima menekankan pengawasan pada distribusinya harus diperketat.

"Ini harus dipantau pengawasannya di daerah-daerah ya. Jadi migrasi ini pasti kan terjadi karena selisihnya sudah semakin jauh," katanya.

Di samping itu, Bhima juga mengaku khawatir masyarakat miskin dan pelaku UMKM yang benar-benar membutuhkan akan kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg.

"Dan ini justru akan menyulitkan bagi pelaku usaha UMKM ataupun masyarakat miskin yang memang betul-betul berhak terhadap LPG yang 3 kg," tuturnya.

Seperti diketahui, PT Pertamina Patra Niaga resmi menaikkan harga LPG non-subsidi menjadi Rp15.500 per kg. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan bertahap yang sudah dilakukan Pertamina sejak akhir Desember 2021.

Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero) Irto Ginting menjelaskan harga baru seluruh produk LPG non-subsidi ini berlaku mulai tanggal 27 Februari 2022.

Lebih lanjut, Irto mengatakan bahwa penyesuaian ini dilakukan mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas.

"Tercatat, harga Contract Price Aramco (CPA) mencapai 775 dolar AS per metrik ton, naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang tahun 2021," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Senin, 28 Februari.