Pembangunan Jembatan Kaca Seruni Point Dikebut Tahun Ini demi Tingkatkan Kunjungan Wisatawan
Jembatan Kaca Seruni Point di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah merampungkan pembangunan Jembatan Kaca Seruni Point di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, pada tahun ini.

Untuk menguji performa stuktur dan keamanan jembatan, Kementerian PUPR melakukan uji beban (loading test) pada Jembatan Kaca Seruni Point (prototype).

Nantinya, uji coba ini akan memberikan jaminan keamanan dan keselamatan bagi wisatawan setelah dioperasikan sepenuhnya.

Kehadiran jembatan kaca ini menjadi destinasi wisata adrenalin yang menghubungkan Terminal Wisata Seruni Point dengan Shuttle Area dengan pemandangan Gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru.

Dengan adanya jembatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke KSPN Bromo-Tengger-Semeru.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu, mulai dari penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, hingga perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pembangunan infrastruktur.

"Jembatan Kaca Seruni Point membentang sepanjang 120 meter di atas jurang dengan kedalaman sekitar 80 meter," kata Basuki dalam keterangan persnya, seperti dikutip pada Senin, 9 Januari.

"Jembatan ini tergolong sebagai jembatan gantung pejalan kaki (suspended cable) dengan struktur lantai/deck berupa kaca pengaman berlapis (laminated glass) dengan ketebalan masing-masing 12 mm dan direkatkan menggunakan lapisan vinyl interlayer," tambahnya.

Sementara itu, Kepala Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) Kementerian PUPR Fahmi Aldiamar menyebut, uji beban (loading test) pada Jembatan Kaca Seruni Point dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen guna mendapatkan data performa struktur dan kawat-kawat baja pada jembatan tersebut.

Salah satu instrumen yang digunakan, yaitu Total Station (TS) untuk mengukur displacement atau pergeseran titik ukur saat jembatan dilewati beban manusia.

Loading test jembatan kaca dilakukan menggunakan karung berisi pasir seberat 70 kg atau merepresentasikan berat satu orang dewasa.

Karung-karung tersebut diletakkan di lantai jembatan dengan jarak masing-masing 75 cm dengan total berat tujuh ton atau setara 100 orang.

Berat tersebut diketahui sepuluh persen dari desain daya tahan jembatan.

"Siklus pertama dalam melakukan uji beban jembatan kaca dilakukan dengan berat beban 0 persen. Kedua, pengujian dengan menggunakan berat beban 50 persen, ketiga dilakukan pengujian dengan berat beban 100 persen. Selanjutnya, pengujian kembali dengan berat beban 50 persan dan terakhir pengujian dengan berat beban 0 persen," ungkap Fahmi.

Selain mengukur displacement menggunakan instrumen Total Station, Fahmi menjelaskan loading test juga dilakukan untuk mengukur performa kabel-kabel baja penopang dan frame baja jembatan.

"BGTS menggunakan alat accelerometer dan strain gauge untuk mengukur frekuensi struktur dan regangan kabel," tuturnya.

Adapun untuk pengetesan kekuatan kaca, pihaknya telah melakukan uji laboratorium milik BGTS di Bandung, Jawa Barat.

Menurut Fahmi, kaca laminated tempered yang digunakan sudah diuji di laboratorium dan hasilnya sudah sangat kuat.

"Tidak akan langsung pecah berkeping-keping saat terjadi kerusakan, namun pecahan berbentuk kubus-kubus kaca," tandasnya.