Soal Pesawat Tempur F-35 yang Mau Dibeli Prabowo, Anggota Komisi I DPR: Belum Ada Pembahasan Resmi dengan Kemhan
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dikabarkan sempat mengincar pesawat tempur canggih F-35 berteknologi stealth atau siluman buatan Amerika Serikat. Kabar tersebut terungkap saat dirinya melawat ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Oktober 2020 lalu.

Anggota Komisi I Effendi Simbolon mengungkap belum ada pembicaraan resmi antara Komisi I dengan Kementerian Pertahanan mengenai pembelian jet tempur F-35 tersebut. Bahkan, kata dia, Prabowo sudah lama tak hadir dalam rapat kerja dengan DPR.

"Secara resmi pemerintah Menhan (Prabowo Subianto) belum pernah menyampaikan. Karena sudah 6 bulan tidak pernah hadir dalam rapat kerja di DPR," tuturnya, saat dihubungi VOI, Senin, 26 April.

Effendi mengatakan memboyong F-35 ke Tanah Air tidak semudah itu. Selain masalah anggaran yang harus dimiliki Indonesia, ada tahapan-tahapan yang harus dilewati dan memakan waktu yang cukup panjang.

"Mau tidak Amerika memberikannya? Kan tidak sesederhana itu. Banyak lah pertimbangannya karena di sana kan semua prosedur panjang, dan lama bisa 10 hingga 15 tahun. Apakah kongres nanti memberi persetujuan kita belum tahu," ucapnya.

"Amerika (memiliki) sistem prosedur penjualan persenjataan strategis, seluruh negara di dunia itu harus melalui tahapan yang luar biasa. Tahapannya rumit sekali, rasanya tidak sesederhana itu," sambungnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, untuk jet tempur F-16 masih dimungkinkan dapat diboyong masuk ke Tanah Air. Tetapi, untuk F-35 dirinya mengaku ragu. Bahkan, negara tetangga Singapura saja untuk mendapatkan F-35 melewati proses yang sangat panjang.

Terkait dengan keinginan Prabowo untuk mempercepat modernisasi alutsista, Effendi menjelaskan dalam proses pembangunan sistem pertahanan suatu negara tidak bisa terburu-buru.

"Itu kan tidak serta merta, tidak ujuk-ujuk, harus melalui tahapan dan kajian yang mendalam yang dilakukan oleh Mabes TNI dan tiga matra TNI (AD, AL dan AU) sebagai komponen dalam sistem pertahanan negara kita," tuturnya.

Sebenarnya, kata Effendi, selama ini Indonesia sudah mempunyai rencana strategis atau blue print berkaitan dengan alat tempur prajurit. Namun, hingga saat ini belum terpenuhi.

"Sampai dengan sekarang kan juga itu tidak pernah terpenuhi oleh negara. Jadi sistem pembangunan yang apa, bagaimana yang dimaksud oleh Prabowo kita tidak tahu. Karena tidak pernah memaparkan secara lugas terbuka dengan formal. Belum pernah dia menjabarkan (mengenai modernisasi alutsista) itu. Makanya saya waktu rapat kerja itu, saya minta agar dia (Menhan) terbuka dalam rapat kerja," tuturnya.

Tidak ada dalam rencana TNI

Dihubungi terpisah, pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menyoroti keinginan Prabowo untuk memboyong jet tempur F-35. Sebab, alat utama sistem pertahanan (alutsista) tersebut tidak masuk dalam rencana pembelian di TNI.

Sebenarnya, Connie mengatakan membeli apapun untuk modernisasi dan peremajaan alutsista adalah yang hal sah-sah saja. Namun, kata dia, yang tidak boleh adalah membeli di luar rencana atau tidak sesuai keinginan dari users atau pengguna yakni TNI.

"TNI tidak pernah rencana beli karena tahu kita bukan aliansi AS. Kita negara non blok. Masa Menhan enggak tahu," tuturnya kepada VOI.

Sebelumnya, Connie mempertanyakan akan digunakan ke mana pesawat tempur F-35 yang diincar Prabowo. Apalagi, kata dia, tidak ada kejelasan atau peta jalan (roadmap) mengenai tujuan jelas pembelian alutsista tersebut.

"Menhan (Prabowo Subianto) kita tiba-tiba pingin beli F-35. Come on kita bukan aliansi Amerika Serikat, kita ngapain beli F-35. Mau ke mana? Siapa yang mau kita datengin. Boro-boro ngurusin F-35, ngurusin staf mereka aja bisa kelelep (KRI Nanggala-402) tanpa jelas," tuturnya dalam diskusi virtual, Minggu, 25 April.

Belum lama ini, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengaku berencana untuk memodernisasi alutsista TNI. Hal itu akan dilakukan di tiga matra TNI, yaitu Angkatan Darat, Laut, dan Udara.

"Kita akan lakukan dengan satu upaya komprehensif dan upaya yang efisien, mungkin (karena) tadi kita ingin punya TNI yang handal," katanya dalam konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis, 22 April.

Saat ini, kata Prabowo, pihaknya sedang merumuskan pengelolaan pengadaan alutsista yang lebih tertib dan lebih efisien. Karena itu, meremajakan alutsista perlu dilakukan.

"Saya yakin bahwa dalam waktu dekat perlengkapan bisa kita modernisasi untuk tiga matra darat laut dan udara tapi saya garis bawahi biar rakyat juga tahu, perjuangan anak kita untuk menjaga kedaulatan negara itu sangat penuh tantangan, setiap hari mereka hadapi bahaya," tuturnya.

Sekadar informasi, keinginan Prabowo Subianto akan sulit untuk terwujud. Pasalnya ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi Indonesia untuk bisa mendapatkan F-35.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, yang saat itu menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk AS menyebut Indonesia harus terlebih dahulu memiliki pesawat generasi ke-4 dan ke-4,5.

"Untuk mencapai ke F-35 itu, kita harus mempunyai pesawat F-16 Blok 72. Ini pesawat F-16 termutakhir sebelum bisa mendapatkan pesawat tempur F-35," kata Lutfi, Senin, 2 November 2020.

Lutfi bilang AS akan memberikan penawaran terbaru bagi Indonesia. Hal itu untuk menyiasati waktu tunggu yang panjang untuk mendapatkan pesawat tempur. "Mereka akan memberikan yang terbaik tanpa reservasi," tuturnya.

Sementara itu, Lockheed Martin, produsen pesawat dan peralatan militer asal Amerika Serikat (AS), membeberkan alasan di balik penawaran pesawat F-16 Blok 72 untuk Indonesia. Menurut Lockheed, F-16 Blok 72 merupakan pesawat tempur yang cocok untuk Indonesia karena biaya akuisisinya paling murah dan memiliki teknologi terbaru dari pesawat generasi ke-4,5.