JAKARTA - Pneumonia merupakan infeksi pada paru-paru yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan serius jika tidak ditangani dengan baik. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, virus, dan jamur.
Pneumonia menjadi lebih berisiko bagi individu dengan daya tahan tubuh lemah, seperti anak-anak, lansia, serta penderita penyakit kronis. Oleh karena itu, menjaga kebugaran tubuh dan istirahat yang cukup menjadi langkah penting untuk mencegah pneumonia.
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (DPKR) Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K) menjelaskan bahwa infeksi pneumonia dapat menjadi lebih parah jika seseorang tidak menjaga kebugaran tubuh dan kurang beristirahat saat menjalani aktivitas.
"Misalnya, jika seseorang terlalu lelah, kurang tidur, atau tidak cukup istirahat, maka risiko terkena pneumonia menjadi lebih tinggi," ujarnya seperti dikutip ANTARA.
Ia menambahkan pneumonia, seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19, dapat menyerang individu yang sedang dalam kondisi kurang fit akibat kurangnya istirahat atau kelelahan.
Pneumonia juga dapat menjadi lebih berat pada orang dengan penyakit penyerta atau komorbid yang tidak terkontrol, sehingga infeksi bisa menjadi lebih agresif.
Selain itu, infeksi saluran pernapasan ini juga berisiko lebih tinggi pada individu dengan daya tahan tubuh rendah, seperti penderita HIV, diabetes, dan penyakit kronis lainnya.
Dokter di Rumah Sakit Persahabatan ini menjelaskan bahwa penyebaran pneumonia dalam komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP) umumnya lebih ringan dan dapat ditangani dengan pengobatan rawat jalan.
BACA JUGA:
Namun, jika virus yang menyebar memiliki tingkat keganasan tinggi, seperti COVID-19, maka individu dengan sistem imun yang lemah lebih rentan mengalami infeksi berat.
Jika seseorang mengalami gejala batuk, sesak napas, hingga penurunan kesadaran, maka diperlukan penanganan medis lebih lanjut untuk pemeriksaan menyeluruh.
"Yang penting kita lakukan anamnesis, misalnya menanyakan apakah batuknya berdahak, serta memperhatikan warna dahak. Jika dahaknya berwarna kuning atau hijau, biasanya ini menandakan infeksi bakteri. Sedangkan infeksi virus umumnya tidak menyebabkan perubahan warna pada dahak," jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya mewaspadai pneumonia yang lebih berat, seperti yang terjadi di lingkungan rumah sakit, di mana berbagai penyakit berkumpul. Orang yang menjalani pengobatan dengan alat bantu napas atau ventilator di ICU juga memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia.
Faisal kembali mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki komorbid. Mengontrol penyakit yang sudah ada, menjaga pola makan sehat, serta beristirahat cukup dapat membantu memperkuat daya tahan tubuh.
"Karena pneumonia menular melalui udara, kita sebaiknya menghindari kontak dekat dengan orang yang sedang batuk atau flu. Jika tubuh sedang tidak fit, ada baiknya menggunakan masker saat bepergian untuk mencegah infeksi. Jika mengalami batuk berkepanjangan, segera periksakan diri ke dokter," tutup Prof. Faisal.