YOGYAKARTA – Diet keto cukup populer namanya, yang mana rencana makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Dalam survei, tahun 2020 ada 8 persen orang seluruh dunia mengatakan mereka mencoba diet keto. Hanya saja, keberhasilan diet ketogenik ini bergantung pada penyesuaian tubuh dengan hanya konsumsi makronutrien tertentu.
Saat diet keto, kalori didapatkan dari 75 persen lemak, 20 persen protein, dan hanya 5 persen karbohidrat. Ini memaksa tubuh memasuki kondisi metabolisme yang disebut ketosis, di mana lemak dibakar sebagai bahan bakar. Para ahli mengatakan, ketosis tidak direkomendasikan dilakukan dalam waktu yang panjang, terutama untuk menjaga berat badan. Lantas kapan harus berhenti diet ketosis? Ini tanda yang harus dikenali.
1. Mual dan muntah
Banyak orang melaporkan mual dan muntah diikuti pusing, lemas, serta mudah tersinggung setelah memulai keto. Gejala ini merupakan cara tubuh dalam beradaptasi terhadap makronutrien yang diterimanya lewat makanan. Menurut ahli diet Anne Dahany, MS., RDN. Dilansir Eat This, Jumat, 14 Februari, ini adalah gejala “flu keto” yang dapat berlangsung selama beberapa hari hingga satu atau dua minggu. Untuk meminimalkan gejala, ia menyarankan dapatkan cukup minum untuk meningkatkan elektrolit. Seharusnya kalau tubuh cukup mendapatkan elektrolit gejala ini akan hilang.

2. Energi melemah
Energi melemah saat diet keto karena tidak mendapatkan karbohidrat cukup sebagai sumber energi pilihan tubuh. Kelelahan akibat keto sering kali hilang saat tubuh beralih menggunakan lemak untuk energi, tetapi beberapa orang merasa itu perjuangan yang panjang selama menjalani diet.
3. Sakit kepala
Proses tubuh mengubah makronutrien juga dapat menyebabkan sakit kepala. Saat dalam kondisi ketosis, tubuh cenderung membuang cairan lebih cepat. Ditambah lagi, kadar insulin yang menurun akibat makan lebih sedikit karbohidrat dapat mengacaukan kadar elektrolit. Akibatnya, mungkin mengalami dehidrasi yang menyebabkan sakit kepala.
4. Mengalami diare
Meningkatkan asupan lemak dapat berdampak pada sistem pencernaan. Jika tubuh terbiasa memetabolisme lemak dalam jumlah besar, tubuh mungkin akan mengeluarkannya begitu saja. Bagi sebagian orang, diet keto terkait dengan diare yang tidak pernah berhenti.
BACA JUGA:
5. Terisolasi dalam hubungan sosial
Kalau acara makan bersama adalah momen menjalin hubungan sosial, menjalani diet keto mungkin akan membuat seseorang merasa terisolasi. Diet ini sangat spesifik menu makanannya sehingga merasa kalau makan di luar bersama teman, akan merasa tertekan. Pasalnya, sebagian besar menu restoran dan hidangan pesta tidak menawarkan pilihan menu yang mengandung 75 persen lemak.
6. Mengalami sembelit
Pencernaan akan terganggu kalau tidak mendapatkan cukup serat. Sedangkan serat adalah salah satu jenis karbohidrat, yang harus dibatasi dikonsumsi saat diet keto. Semakin lama Anda menjalani diet rendah serat, pencernaan Anda akan semakin melambat. Sembelit jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi seperti wasir atau obstruksi usus.
7. Berat badan tidak turun
Jika tubuh tidak cukup menghasilkan keton saat kondisi ketosis, ini membuat berat badan tidak turun. Jelas Dahany, dengan pola makan yang tinggi lemak, mudah untuk mengkonsumsi kalori berlebihan sehingga mencegah Anda menurunkan berat badan.
Itulah tanda yang harus diwaspadai saat diet keto dan mempertimbangkan kembali untuk berhenti diet. Namun, paling bijak adalah mendapat rekomendasi ahli nutrisi. Atau jika akan menjalani diet, konsultasikan dan minta saran ahli diet atau ahli nutrisi supaya tidak mengalami masalah yang mengganggu diet Anda.