Bagikan:

JAKARTA - Kegagalan merupakan bagian dari kehidupan. Mengajari anak menerima kegagalan dan bangkit kembali membuat mereka lebih kuat dan siap menghadapi tantangan hidup. Ketika anak takut gagal, mereka berisiko mengalami kecemasan dan kemarahan saat terjadi kesalahan. Namun, bagaimana orang tua mengajarkan anak menerima kegagalan dengan baik? Simak kiatnya yang VOI sadur dari laman Child Mind, Senin, 17 Februari.

Tunjukkan empati

Berempatilah dengan anak. Curahkan perhatian jika mereka sedang mengalami kesulitan. Dr. Amanda G. Mintzer, PsyD, psikolog klinis menyarankan pada orang tua untuk mengatakan kalimat penenang yang lebih baik dari sekedar mengucapkan kalimat “tidak apa-apa”.

"Menepis perasaan frustrasi dan kekecewaan anak adalah tindakan yang tidak masuk akal," kata Dr. Mintzer.

Sebaliknya, orang tua perlu mengubah bahasa mereka misalnya, "Ayah lihat kamu benar-benar kecewa, Ayah tahu kamu benar-benar ingin menjadi lebih baik."

Jadi orang tua panutan

Anda dapat menjelaskan bahwa kegagalan adalah bagian dari kehidupan dan terjadi pada semua orang, termasuk Anda. Anda dapat membagi contoh "kegagalan" yang pernah Anda alami. 

"Orang tua dapat menjadi panutan dalam menangani kekecewaan mereka sendiri, seperti kehilangan promosi di tempat kerja," kata Dr. Mintzer.

Anak-anak tidak harus selalu dihadapkan pada kenyataan bahwa hidup ini penuh kesalahan dan kegagalan. Meski semua orang ingin segala sesuatu berjalan sesuai rencana, penting mengajarkan kepada anak-anak bahwa tidak apa-apa jika harus salah atau gagal. 

Ajari anak belajar dari peristiwa

Kegagalan anak merupakan kesempatan orang tua mengajarkan keterampilan menerima dan memecahkan masalah. Anda dan anak dapat mencoba memikirkan apa yang dapat mereka lakukan di lain waktu agar peluang keberhasilannya lebih besar. 

“Ini adalah keseimbangan antara penerimaan dan perubahan,” kata Dr. Mintzer. 

“Ini tentang penerimaan situasi apa adanya dan membangun toleransi terhadap rasa frustasi sambil bertanya dalam diri ‘dapatkah aku mengubah sesuatu di masa mendatang. Dapatkah aku belajar dari ini?’”

Beritahu anak untuk menerima kejadian apa adanya

Pada saat yang sama, anak-anak perlu tahu bahwa terkadang ketika gagal atau menghadapi kekecewaan, tidak banyak yang dapat dilakukan saat itu, selain menerimanya sebagai bagian dari kehidupan dan terus maju. 

Jadi, bagaimana orang tua dapat membantu anak menerima apa yang terjadi? Menurut Dr. Mintzer, ajarkan mereka kalau sebagai manusia wajar jika pernah mengalami pengabaian atau tidak disukai. Dan sebaiknya kenyataan tersebut dihadapi tanpa memperburuk situasi. Dr. Mintzer mencatat, bahwa keterampilan ini dibutuhkan untuk memupuk hubungan interpersonal.

Berhenti mengawasi agar anak bisa belajar

Melihat anak jatuh memang berat, tapi ingat mereka hanya bisa belajar cara mengatasi kekecewaan dengan mencobanya sendiri. Seperti yang ditekankan dalam buku-buku seperti The Blessings of a Skinned Knee dan Gift of Failure: How the Best Parents Learn to Let Go So Their Children Can Succeed, orang tua harus berhenti mengawasi. Jika tidak, orang tua merampas pengalaman anak yang membutuhkan keterampilan mereka dalam memecahkan masalah dan menjauhkan rasa percaya diri anak menghadapi tantangan baru.