Bagikan:

JAKARTA - Kanker ovarium dikenal sebagai penyakit yang 'diam', karena gejalanya seringkali samar dan mudah terlewatkan. Banyak wanita yang tidak menyadari bahwa mereka mungkin mengidap kanker ovarium, karena gejalanya sering disalahartikan sebagai masalah kesehatan lain yang lebih umum.

"Masalah besar dengan kanker ovarium adalah banyak gejalanya seringkali sangat ringan dan bisa dikaitkan dengan kondisi umum lainnya," ujar Dr. Susanna Unsworth, seorang ginekolog terkemuka dari INTIMINA, dikutip VOI dari laman The Sun pada Kamis, 20 Februari.

Gejala yang paling dikenal adalah perasaan kembung, bersama dengan rasa sakit di perut atau panggul.

"Gejala-gejala ini sering dikaitkan dengan masalah lain, dan seringkali hilang dengan cepat," tambahnya.

Kanker ovarium sering salah diagnosis sebagai masalah pencernaan seperti sindrom iritasi usus, atau gangguan kesehatan mental seperti stres dan depresi. Sebagai bagian dari bulan kesadaran kanker ovarium yang jatuh pada bulan Maret, Dr. Susanna mengungkapkan 10 tanda kanker ovarium yang perlu diperhatikan sebelum terlambat.

1. Gejala urin: peningkatan frekuensi atau urgensi untuk buang air kecil.

2. Perubahan kebiasaan buang air besar: perubahan kebiasaan buang air besar, baik menjadi lebih sembelit atau tinja yang lebih cair.

3. Perubahan nafsu makan atau merasa kenyang lebih cepat saat makan.

4. Gejala gangguan pencernaan: asam lambung atau gas berlebih.

5. Nyeri punggung bawah.

6. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

7. Kelelahan berlebihan.

8. Nyeri saat berhubungan seks.

9. Perubahan pola perdarahan vagina: baik di antara periode menstruasi, setelah berhubungan seks, atau perdarahan setelah menopause.

10. Mual dan muntah.

"Jika mengalami salah satu gejala ini yang tidak hilang dalam dua hingga tiga minggu, saya mendorong Anda untuk segera berkonsultasi dengan dokter," kata Dr. Susanna.

Apa itu kanker ovarium?

Kanker ovarium adalah kondisi di mana sel-sel abnormal di ovarium mulai tumbuh dan membelah, yang akhirnya membentuk tumor. Jika tidak diobati, sel kanker ini dapat menyebar ke jaringan sekitar dan berpindah ke organ lain dalam tubuh.

"Itu dapat memengaruhi siapa saja yang memiliki ovarium," kata Dr. Susanna.

"Namun, ini lebih umum terjadi pada wanita pasca-menopause, dengan risiko meningkat seiring bertambahnya usia," tambahnya.

Menurut Cancer Research, lebih dari setengah kasus yang terdiagnosis di Inggris terjadi pada wanita di atas usia 65 tahun.

Selain penuaan, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan kanker ovarium.

"Wanita yang membawa gen rusak (misalnya, gen BRCA) lebih mungkin mengembangkan penyakit ini, begitu juga dengan wanita yang memiliki riwayat endometriosis, mereka juga berisiko lebih tinggi," kata dokter tersebut.

Ada juga hubungan antara jumlah periode menstruasi yang dialami seorang wanita dan peluang untuk mengidap penyakit ini.

"Wanita yang mulai menstruasi lebih dini, mengalami menopause lebih lambat, atau yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi hormonal (yang mengurangi ovulasi) tampaknya juga memiliki risiko lebih tinggi," tambahnya.

Ada juga faktor gaya hidup yang dapat memengaruhi risiko, termasuk kelebihan berat badan dan kebiasaan merokok. Ada juga hubungan dengan penggunaan terapi penggantian hormon (HRT), meskipun risikonya sangat kecil.

"Data terutama berasal dari bentuk HRT yang lebih lama, yang menunjukkan sekitar satu kasus tambahan untuk setiap 1.000 wanita yang menggunakan HRT lebih dari 5 tahun." kata Dr. Susanna.