Bagikan:

JAKARTA - Glaukoma termasuk salah satu penyakit mata yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Tak heran jika banyak mitos berkembang seputar kondisi ini, yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dan keterlambatan dalam penanganan.

Salah satu mitos yang paling umum adalah glaukoma hanya menyerang orang lanjut usia. Faktanya, glaukoma dapat terjadi pada siapa saja, termasuk bayi yang lahir dengan glaukoma kongenital.

"Glaukoma merupakan penyakit mata yang sering kali berkembang tanpa gejala di tahap awal, sehingga banyak penderita baru menyadari ketika sudah mengalami gangguan penglihatan yang permanen," DR. Dr.  Iwan Soebijantoro, SpM(K) selaku konsultan oftalmologi di JEC Eye Hospitals and Clinics dalam media briefing Pekan Glaukoma Sedunia di Jakarta, baru-baru ini.  

Pemahaman yang tepat mengenai penyakit ini sangat penting untuk mencegah dampak serius, termasuk kebutaan. Berikut beberapa mitos dan fakta yang perlu diketahui mengenai glaukoma.

Mitos: Glaukoma hanya menyerang orangtua

Glaukoma tidak terbatas pada lansia. Anak muda dan bahkan bayi dapat mengalami glaukoma, terutama jika memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga atau penyakit tertentu seperti diabetes.

Mitos: Sering menggunakan gadget atau membaca dalam gelap menyebabkan glaukoma

Penggunaan gadget dalam waktu lama memang bisa menyebabkan mata lelah, tetapi tidak menyebabkan glaukoma secara langsung. Penyakit ini lebih berkaitan dengan peningkatan tekanan bola mata dan kerusakan saraf optik.

Mitos: Jika terkena glaukoma, pasti akan mengalami kebutaan

Melalui deteksi dini dan pengobatan yang tepat, banyak penderita glaukoma dapat mempertahankan penglihatannya dalam jangka waktu lama. Pemeriksaan mata secara rutin adalah kunci utama dalam pencegahan kebutaan akibat glaukoma.

"Deteksi dini dapat menjadi kunci untuk menindaklanjuti jika seseorang terdiagnosa glaukoma. Paling tidak pemeriksaan mata dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali," jelasnya. 

Mitos: Glaukoma bisa disembuhkan dengan obat herbal atau terapi alternatif

Fakta hingga saat ini, belum ada obat herbal atau terapi alternatif yang terbukti secara ilmiah dapat menyembuhkan glaukoma. Pengobatan medis seperti obat tetes mata, laser, atau operasi adalah cara yang terbukti efektif untuk mengontrol penyakit ini.

"Namun dalam pengobatannya, kepatuhan menggunakan obat dapat menjadi kunci dalam penanganan. Tapi perlu dipahami, meski kepatuhan obat tidak menyembuhkan, namun dapat memperlambat dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya," kata dokter Iwan.  

Mitos: Glaukoma bukan penyakit keturunan

Faktor genetik berperan besar dalam risiko seseorang terkena glaukoma. Jika seseorang memiliki anggota keluarga dengan glaukoma, risiko terkena penyakit ini lebih tinggi. Oleh karena itu, mereka disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan mata.

Selain faktor keturunan, ada beberapa kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena glaukoma, antara lain usia di atas 40 tahun, tekanan bola mata tinggi (hipertensi okular), penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi, miopia (rabun jauh) atau hipermetropia (rabun dekat) tinggi hingga cedera pada mata atau penggunaan obat kortikosteroid dalam jangka panjang.