JAKARTA - Brain fog atau kabut otak adalah sekumpulan gejala umum yang memengaruhi cara Anda berpikir, mengingat, dan berkonsentrasi. Kondisi ini bisa membuat tugas sehari-hari terasa lebih sulit dari biasanya.
Anda mungkin kehilangan alur pembicaraan di tengah percakapan atau merasa otak Anda tidak nyambung. Meski biasanya bersifat sementara, durasi brain fog bisa sangat bervariasi.
Dilansir dari laman Cleveland Clinic, brain fog istilah yang menggambarkan berbagai gejala gangguan kognitif. Gejala-gejala ini mencakup kesulitan berpikir jernih, kehilangan fokus, penurunan daya ingat, dan kurangnya perhatian. Sesuai namanya, otak terasa seperti diselimuti kabut, membuat aktivitas biasa seperti mendengarkan instruksi atau mengikuti langkah-langkah suatu tugas menjadi tantangan.
Brain fog dapat muncul setelah sakit, sebagai efek samping obat-obatan atau sebagai gejala dari kondisi medis tertentu. Dokter dapat membantu mencari tahu penyebabnya agar Anda bisa kembali merasa seperti diri Anda sendiri.
Gejala dan Penyebab
Setiap orang bisa merasakan brain fog dengan cara yang sedikit berbeda, tetapi beberapa gejala umum meliputi sulit berkonsentrasi, kebingungan, kelelahan, mudah lupa, kehilangan alur pikiran, kelelahan mental, kesulitan menemukan kata yang tepat, proses berpikir dan reaksi lambat, dan kesulitan memperhatikan sesuatu.
Ada berbagai kemungkinan penyebab brain fog, termasuk kurang tidur, penyakit autoimun seperti lupus, multiple sclerosis, dan fibromyalgia, diabetes dan kadar gula darah rendah (hipoglikemia), gangguan kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi, kondisi neurodivergen seperti ADHD dan autisme, perubahan hormon (misalnya saat hamil atau menopause), pola makan yang buruk, hingga stres
Brain fog juga bisa terjadi setelah terinfeksi Covid-19, pengobatan kemoterapi untuk kanker, dan perawatan jangka panjang di rumah sakit
Beberapa penelitian menunjukkan sistem kekebalan tubuh bisa menyebabkan peradangan di otak (neuroinflammation) yang menghambat kemampuan tubuh memproses informasi.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa brain fog bisa disebabkan oleh virus yang tetap hidup di saluran pencernaan meskipun gejala infeksi sudah mereda. Virus ini bisa mengubah mikrobioma usus dan menurunkan produksi serotonin, zat kimia yang memengaruhi fungsi kognitif sehingga memicu gejala brain fog.
BACA JUGA:
Cara Mengatasi Brain Fog
Hingga kini belum ada pengobatan spesifik untuk brain fog. Dokter biasanya akan menyarankan perbaikan gaya hidup untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti:
- Memperbaiki pola tidur
- Mengonsumsi makanan bergizi
- Berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari
- Mencatat informasi penting agar tidak lupa
- Mengambil jeda istirahat sekitar 30 menit dalam sehari untuk mengurangi beban mental
- Mengikuti terapi psikologis seperti terapi perilaku kognitif (CBT)
Jika perubahan gaya hidup belum cukup, dokter bisa memberikan pengobatan yang menargetkan gejala tertentu, seperti antidepresan atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Dokter juga akan memberi tahu efek samping yang mungkin muncul selama pengobatan.
Tidak ada durasi pasti berapa lama brain fog akan berlangsung. Bisa saja hanya beberapa hari atau minggu, namun dalam beberapa kasus dapat bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Segera hubungi tenaga medis jika brain fog mulai mengganggu kualitas hidup Anda agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Pencegahan
Meskipun tidak bisa sepenuhnya dicegah, Anda bisa mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan fisik dan mental guna mengurangi risiko munculnya gejala yang mengganggu.
Segera konsultasikan dengan dokter jika brain fog mengganggu aktivitas sehari-hari Anda, misalnya jika Anda sering lupa janji, sulit menyelesaikan tugas sederhana, atau tidak bisa fokus saat berbicara dengan orang lain. Brain fog adalah kondisi umum, dan dokter dapat membantu menemukan penyebab serta solusi yang tepat.