Bagikan:

JAKARTA - Vibrator adalah salah satu alat bantu seks yang digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual melalui getaran atau denyutan. Alat ini banyak digunakan, karena mampu membantu seseorang mencapai orgasme dengan lebih cepat dan meningkatkan eksplorasi diri dalam hal kenikmatan seksual.

Meski memiliki manfaat, terlalu sering menggunakan vibrator juga menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang perlu diperhatikan. Berikut 4 risiko kesehatan dan bahaya yang bisa terjadi akibat penggunaan vibrator yang berlebihan, seperti dilansir dari laman Healthshots.

1. Bahan Kimia Berbahaya

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Environmental Monitoring and Assessment menemukan beberapa bahan kimia berbahaya seperti Bisphenol A (BPA), phthalates, dan PVC sering digunakan dalam pembuatan vibrator untuk membuatnya lebih fleksibel dan lembut.

Paparan bahan-bahan ini dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti infertilitas (kemandulan), obesitas, kanker payudara, penyakit jantung, dan diabetes. Jadi, salah satu risiko terbesar dalam menggunakan vibrator adalah paparan zat kimia yang dapat membahayakan tubuh.

2. Melemahkan Sistem Imun

Penggunaan vibrator bisa membuat Anda mencapai orgasme lebih cepat. Namun, hal ini justru bisa berdampak pada sistem kekebalan tubuh Anda. Teori Masters & Johnson Sexual Response Cycle menjelaskan bahwa ada empat fase dalam respons seksual.

Pertama fase arousal (pembangkit gairah), yakni aliran darah meningkat ke organ intim, dan vagina mulai memproduksi cairan pelumas. Kedua fase plateau yaitu detak jantung dan pernapasan meningkat.

Ketiga fase orgasme, yakni kontraksi pada dinding vagina dan otot panggul terjadi. Terakhir adalah fase resolusi, otot-otot kembali rileks dan tubuh kembali ke kondisi normal.

Masalahnya, vibrator bisa membuat Anda melewati sebagian besar fase plateau dan langsung ke fase orgasme. Padahal pada fase plateau, tubuh menghasilkan hormon oksitosin dan nitrogen oksida dalam jumlah tinggi. Hal ini berperan dalam meningkatkan imunitas dan memperbaiki suasana hati.

3. Orgasme Cepat Tidak Selalu Mengurangi Stres

Sebuah studi dalam The Journal of Sexual Medicine menunjukkan orgasme bisa membantu mengurangi stres dengan menurunkan kadar kortisol (hormon stres) dalam tubuh. Orgasme juga meningkatkan produksi oksitosin, hormon yang membuat Anda merasa lebih bahagia.

Namun, buku Slow Sex: The Art and Craft of the Female Orgasm menyebutkan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai orgasme, semakin besar efek relaksasi dan pengurangan stres yang didapat. Masalahnya, vibrator bisa membuat orgasme terjadi terlalu cepat, sehingga manfaat pengurangan stres menjadi lebih sedikit, dibandingkan orgasme yang terjadi secara alami melalui hubungan seksual atau foreplay dengan pasangan.

Singkatnya, orgasme cepat yang disebabkan oleh vibrator mungkin tidak memberikan efek relaksasi secarq maksimal, sehingga tingkat stres Anda tetap tinggi.

4. Risiko Infeksi

Salah satu risiko terbesar dalam menggunakan vibrator adalah kemungkinan infeksi, terutama jika tidak dibersihkan dengan baik. Vibrator yang tidak dicuci atau disimpan dengan benar bisa menjadi tempat berkembangnya bakteri dan jamur. Akibatnya, risiko infeksi pada vagina dan saluran kemih meningkat.

Untuk menghindari hal ini, penting untuk selalu menjaga kebersihan vibrator dengan mencucinya sebelum dan setelah digunakan serta menyimpannya di tempat yang bersih.