Jadi Boros Karena Keliru Memahami <i>Self-Reward</i>? Ini! Kenali Caranya yang Tepat
Ilustrasi self-reward berkedok boros (Unplash/Toa Heftiba)

Bagikan:

JAKARTA – Memberi penghargaan pada diri sendiri atas kerja keras yang dilakukan disebut self-reward. Ternyata, banyak yang keliru memahami konsepnya sehingga terjebak pola hidup konsumeris dan jadi boros.

Cara menghargai diri sendiri tidak terbatas pada memberikan hadiah. Misalnya dengan belanja banyak barang yang kurang fungsional, beli camilan favorit yang tinggi kalori, atau bahkan spa yang menguras dompet. Dalam buku Better Than Before tulisan Gretchen Rubin, dilansir Psychcentral, Jumat, 3 Desember, ada banyak strategi yang bisa dilakukan untuk mengubah kebiasaan.

Menurut Rubin, ada studi yang menunjukkan bahwa orang yang mendapatkan sedikit penghargaan, justru memiliki pengendalian diri. Ini merupakan rahasia kedewasaan, tambah Rubin, bahwa jika seseorang memberi lebih banyak akan meminta lebih banyak pula bukan?

Kebiasaan memberikan ‘hadiah’ pada diri sendiri membangun dua perspektif. Pertama, ada anggapan jika tidak pernah memberi hadiah pada diri sendiri maka dianggap sebagai ketabahan atau tidak pernah memanjakan dirinya sendiri. Tetapi jika tidak pernah merasa kekurangan dan tetap memiliki motivasi untuk bekerja keras dengan bersikap begitu, hidupnya tetap bisa seimbang kok, kata Rubin.

Perspektif kedua, memberikan self-reward dengan hadiah tetapi tidak menganggapnya sebagai hadiah. Ini yang berisiko, terang Rubin. Memberikan penghargaan pada diri sendiri perlu berpijak pada pemahaman utuh mengenai pengalaman yang dilalui dan tujuan yang telah dicapai.

Terkadang self-reward tidak dimaknai sebagai sebuah penghargaan tetapi justru aktivitas yang buta arah atau terjebak pada konsumerisme. Saran Rubin, kita semua harus berusaha untuk memiliki suatu hadiah yang sehat sehingga bisa mengisi ulang energi dengan cara yang sehat pula.

Teori pengkondisian operan dalam psikologi, dilansir JMC Academy Australia, menunjukkan bahwa kita belajar melalui hadiah dan hukuman. Ketika perilaku diikuti hasil yang menyenangkan, seseorang cenderung mengulangi perilaku tersebut. Ini disebut positive reinforcement atau penguatan positif. Nah, dengan memberikan penghargaan pada diri sendiri atas capaian yang telah diperoleh, maka belajar untuk capaian yang lain dianggap bisa lebih efektif.

Lantas self-reward yang bagaimana yang berhasil? Contohnya, menikmati hari libur akhir pekan, melakukan perjalanan singkat yang menyenangkan, atau dirumah menikmati hangatnya suasana keluarga. Self-reward ini merupakan cara menghargai diri sendiri secara eksternal.

Sedangkan self-reward secara internal, seperti perasaan bangga dan kepuasan karena telah menyelesaikan proyek yang sulit juga bisa dilakukan. Uniknya, menurut studi, yang lebih efektif membuat kita belajar meraih capaian dengan lebih baik ialah dengan melakukan self-reward internal. Artinya, enggak perlu menghabiskan isi dompet terlalu banyak untuk ‘menghargai’ diri sendiri ya.