Depresi Bisa Berdampak Pada Penyakit Fisik, Benarkah? Begini Penapat Ahli
Ilustrasi pengidap depresi (Shvets Production/Pexels)

Bagikan:

SURABAYA - Ada banyak gangguan kesehatan mental yang bisa diidap, salah satunya adalah depresi. Gangguan ini kerap dialami oleh masyarakat. Bahkan, Institut Kesehatan Mental Nasional dilansir dari Healthline, Rabu, 29 Desember, menjumpai fakta bahwa depresi mempengaruhi lebih dari 16 juta orang dewasa di Amerika Serikat.

Gejala yang bisa ditimbulkan dari depresi seperti perasaan sedih terus-menerus dan hilangnya minat pada hal-hal yang dulu pernah dinikmati. Depresi juga diyakini mampu menyebabkan gejala gangguan kesehatan fisik.

BACA JUGA:


Depresi dan Gangguan Kesehatan Tubuh

Depresi memang bisa membuat seseorang merasa sakit fisik dan menyebabkan gejala seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri di beberapa bagian tubuh. Depresi lebih dari sekadar rasa sedih dan membutuhkan perawatan.

Depresi memengaruhi sakit fisik dalam beberapa cara. Menurut pakar kesehatan, Timothy J. Legg, PhD, PsyD, berikut beberapa gejala sakit fisik yang disebabkan oleh depresi.

Pusing

Menurut National Headache Foundation, 30 hingga 60 persen orang dengan depresi mengalami sakit kepala. Gejala depresi, stres, dan kecemasan terbukti menyebabkan sakit kepala dan tegang. Depresi pun bisa meningkatkan risiko sakit kepala berulang dengan intensitas yang lebih kuat dan durasi lebih lama.

Gangguan tidur

Masalah tidur juga jadi gejala depresi. Indikasinya termasuk kesulitan tidur atau banyak tidur, tapi tidak nyenyak. Sebenarnya, ada banyak kaitan yang menghubungkan depresi dan masalah tidur. Depresi dapat menyebabkan atau memperburuk insomnia sedangkan insomnia dapat meningkatkan risiko depresi. Efek kurang tidur juga memperburuk gejala depresi lainnya, seperti stres dan kecemasan, sakit kepala, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Diare, Sakit Perut, dan Maag

Tahukah Anda, otak dan sistem pencernaan terhubung secara langsung. Depresi, kecemasan, dan stres telah terbukti mempengaruhi pergerakan dan kontraksi saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan diare, sembelit, dan mual.

Emosi juga dapat memengaruhi produksi asam lambung sehingga tak jarang saat seseorang sedang stress, maka risiko naiknya tukak lambung meningkat. Ada beberapa bukti bahwa stres dapat menyebabkan atau memperburuk refluks asam.

Selain itu, ada juga hubungan antara penyakit refluks gastroesofageal atau GERD dan kecemasan. Depresi juga telah dikaitkan dengan sindrom iritasi usus besar.

Terganggunya imunitas

Depresi berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh dalam beberapa cara. Saat tidur, sistem kekebalan menghasilkan sitokin dan zat lain yang membantu tubuh melawan infeksi. Kurang tidur, yang merupakan gejala umum depresi, mengganggu proses ini, meningkatkan risiko infeksi dan penyakit.

Ada juga bukti bahwa depresi dan stres berkaitan erat dengan peradangan. Peradangan kronis berperan dalam perkembangan sejumlah penyakit, termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker.

Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah

Depresi dan stres berkaitan erat dan keduanya telah terbukti berdampak pada jantung dan tekanan darah. Stres dan depresi yang tidak terkendali dapat menyebabkan, irama jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi, dan kerusakan pada arteri. Sebuah studi 2013 menemukan bahwa depresi sering terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Selain itu, disebutkan juga bahwa depresi dapat mengganggu pengelolaan tekanan darah.

Terkait