5 Fakta Tentang Kleptomania Hingga Penyebabnya
Ilustrasi kleptomania, penyakit suka mencuri barang untuk mendapatkan sensasi (Freepik)

Bagikan:

SURABAYA - Mencuri atau mengambil barang yang bukan miliknya hanya demi kesenangan belaka biasa disebut dengan kleptomania. Berdasarkan penelusuran dalam aspek psikologi, pelaku bukan tidak merasa bersalah. Mereka justru sering menyesali perbuatannya, mengalami depresi, dan paling parah bunuh diri.

Mengenal Kleptomania

Mengutip ulasan Naveed Saleh, MD., MS. Dilansir Psychology Today, Senin, 14 Februari, identifikasi kleptomania telah muncul di beberapa literatur sejak 200 tahun lalu. Sayangnya tak dikupas lebih dalam karena hanya ada sedikit data pemeriksaan patologi dan pengobatannya.

Kleptomania bisa dialami oleh siapa saja, termasuk orang terdekat. Untuk lebih tau lebih dalam, pengetahuan tentang gangguan kesehatan mental ini perlu dikantongi. Berikut sejumlah fakta terkait kleptomania.

1. Penyebab kleptomania

Menurut DSM-5, kletomania tampaknya disebabkan gangguan jalur neurotransmitter di otak terkait dengan serotonin dan dopamine. Bagian tersebut dapat memengaruhi agresi dan sistem penghargaan otak. Individu juga mengalami ketidakseimbagan dalam sistem opiois otak, pengaruhnya pada kemampuan untuk menahan dorongan.

Terdapat beberapa cara pengobatan, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan exposure and response prevention (ERP). Beberapa ahli menyarankan pengobatan diamanatkan oleh pengadilan, dalam konteks di Amerika Serikat. Di Amerika, 87 pasien kleptomania telah ditangkap dan antara 15-23 persen dipenjara.

2. Kleptomania diklasifikasikan sebagai gangguan kontrol impuls

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), kleptomania dianggap sebagai gangguan kontrol impuls, yang mana kondisinya mirip seperti OCD (Obsessive Compulsive Spectrum Disorders), gangguan suasana hati, dan gangguan penyalahgunaan zat terlarang.

3. Barang-barang yang diambil biasanya tidak dibutuhkan

Berkaitan dengan dorongan, maka barang yang diambil oleh seseorang dengan kleptomania bukan barang yang dibutuhkan. Bahkan barang tersebut tidak diinginkan, nantinya hanya akan ditimbun, dibuang, diberikan, atau dikembalikan ke toko.

4. Dorongan mencuri tak bisa dihentikan

Seperti halnya aktivitas impulsif, kleptomania ditandai dengan dorongan untuk mencuri dan ketidakmampuan untuk berhenti. Beberapa pengujian ilmiah menunjukkan bahwa orang dengan kondisi ini lebih impulsif dan suka mencari sensasi.

Orang dengan ‘penyakit’ kleptomania mengalami pikiran dan desakan yang mengganggu terkait dengan mengutil. Seringnya pelaku akan mengalami rasa bersalah, menyesal, atau depresi setelah tindakan tersebut.

5. Mencuri seolah ‘mendapat’ hadiah

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Annals of Clinical Psychiatry menuliskan bahwa keparahan diagnosis kleptomania sangat berkorelasi dengan perasaan ‘hadiah’ dari mencuri. Gangguan komorbiditas dari klepto ialah OCD dan anoreksia nervosa.