SURABAYA - Dalam dunia parenting, orang tua baru memang kerap mengalami kendala. Bahkan, banyak perubahan yang akan dialami oleh mereka. Salah satu perubahannya disebakan karena depresi postpartum.
Mengenal Depresi Postpartum
Pengidap depresi postpartum biasanya mengalami perubahan suasana hati yang cukup drastis. Jenis depresi ini juga sering disalahartikan sebagai baby blues karena punya efek yang sama, yakni mengganggu kemampuan pasangan merawat bayi dan menangani tugas sehari-hari. Meski miripk, keduanya berbeda.
BACA JUGA:
Gejala kondisi psikologis ini tidak bisa didiognosa secara mandiri. Ketika sang ibu mengalami perubahan suasana hati, menangis berlebihan, kesulitan menjalin ikatan dengan bayi, dan lebih menyendiri, maka perlu berkonsultasi pada psikolog maupun psikiater.
Bisa Dialami sang Ayah
Tidak hanya itu, depresi postpartum juga bisa dialami oleh sang ayah. Gejalanya meliputi sulit tidur atau insomnia, terlalu banyak tidur, kelelahan luar biasa, tidak minat melakukan aktivitas biasa, mudah marah, hingga merasa tak berharga, malu, dan merasa bersalah.
Ketakutan bukan menjadi orang tua yang baik juga bisa jadi salah satu perasaan yang perlu diatas. Pada kondisi yang parah, seseorang perlu teman untuk berbagi cerita dan rasa takutnya. Depresi postpartum pada situasi yang ekstrim dan merupakan kondisi langka, disebut dengan psikosis pascamelahirkan.
Umumnya berkembang dalam minggu pertama setelah perempuan melahirkan. Kondisi ini membutuhkan perawatan segera karena pikiran yang mengganggu bisa mengancam jiwa.
Kelelahan, kewalahan, kecemasan, dan perubahan pola makan serta pola tidur juga dialami sang ayah pasca pasangannya melahirkan.
Penyebab Depresi Postpartum
Melansir Mayo Clinic, efek negatif kondisi psikologis baik pada ayah maupun ibu pasca melahirkan dapat memengaruhi perkembangan anak. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran orang sekitar untuk merangkul dan menjadi support system untuk pasangan muda.
Banyak hal yang menyebabkan depresi pascamelahirkan. Itu berarti tidak bisa karena faktor tunggal saja, berikut hal-hal yang mungkin berperan.
1. Masalah emosional
Saat Anda kurang tidur dan kewalahan, mungkin kesulitan menangani masalah kecil sekalipun. Rasa cemas tentang kemampuan merawat bayi baru lahir hingga citra tubuh bisa memicu masalah emosional.
2. Perubahan fisik
Setelah melahirkan, hormon estrogen dan progesteron mengalami penurunan drastis. Perubahan hormon ini bisa memicu perubahan suasana hati secara signifikan. Hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar tiroid juga bisa menurun tajam, ini membuat seseorang pascamelahirkan merasa lelah, lesu, dan tertekan.
3. Faktor risiko
Bukan hanya dialami setelah melahirkan anak pertama, setiap ibu yang memiliki riwayat depresi, gangguan bipolar, memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami depresi, pernah mengalami peristiwa yang membuat stres selama setahun terakhir, mengalami masalah dalam hubungan, memiliki support system yang lemah dan masalah keuangan, merupakan faktor yang meningkatkan risiko mengalami depresi postpartum.
Itulah penyebab dari depresi postpartum yang perlu diketahui. Sebagai langkah pencegahan, selain memeriksakan kesehatan janin dan sang ibu, perlu juga dipantau oleh dokter secara cermat tentang gejala emosional ibu.