SURABAYA - Tahukah Anda bahwa krisis paruh baya atau midlife crisis dialami oleh seseorang pada usia antara 35 dan 65 tahun. Dalam dunia psikologi krisis ini merupakan periode persimpangan antara usia muda dan usia tua. Hal itu berimbas pada pertanyan tentang eksistensi diri sendiri.
Sebagian orang yang mengalami periode ini menyebabkan mereka bertindak di luar karakter mereka dengan berbagai bentuk seperti mengubah penampilan, mengubah rutinitas. Bahkan kepribadian dan keyakinan bisa berubah.
BACA JUGA:
Di fase ini seseorang akan menghadapi sekaligus mengevaluasi kembali soal kepercayaan diri, identitas, pencapaian, hingga kematian.
Tanda Krisis Paruh Baya
Istilah midlife crisis, pertama kali diciptakan oleh psikolog, Elliott Jaques, pada tahun 1965. Krisis paruh baya ini, disebabkan oleh rasa takut menjadi tua dan dipicu peristiwa yang mengubah hidup. Untuk mengenali yang terjadi pada partner Anda, kenali tanda-tanda mengalami krisis paruh baya seperti berikut ini.
1. Haus kesenangan dan petualangan
Tanda yang pertama ini salah satu tanda paling mudah dikenali dari mengalami krisis paruh baya. Mencari kesenangan di sini dalam berbagai konteks, meskipun itu dengan cara yang buruk.
Siapapun yang mengalami midlife crisis bisa berpikir untuk menemukan kepuasan dengan hal yang tidak bijak. Misalnya berselingkuh, berhenti dari pekerjaan, hingga berbelanja sampai habis-habisan.
Menurut Vivian Diller, Ph.D., dilansir Brides, Senin, 13 Juni, tindakan yang reflektif bisa dilakukan untuk mencegah perubahan hanya untuk mendapatkan kepuasan ini. Terang psikolog, kuncinya adalah membuat perubahan terukur bertahap sehingga berkemungkinan untuk sukses jangka panjang.
2. Muncul tanda depresi
Beberapa orang yang mengalami krisis paruh baya akan mengalami depresi. Efeknya akan mempengaruhi suasana hati hingga aktivitas sehari-hari dan hubungan terpengaruh secara negatif. Misalnya, pekerjaan terbengkalai, keluarga diabaikan, hingga enggan menyapa teman.
Gejalanya antara lain merasa sedih, putus asa, tak berdaya, pesimime, hingga kehilangan minat pada aktivitas yang dulunya menyenangkan. Kondisi krisis juga mempengaruhi rutinitas sehari-hari, seperti pola tidur berantakan, nafsu makan tak dikelola, hingga foku menurun.
3. Ragu dengan keyakinannya sendiri
Meskipun sehat untuk mengeksplorasi peluang baru, tetapi melakukan perubahan 180 derajat dapat menimbulkan masalah. Meski begitu, bereksplorasi dan bereksperimen bukan hal buruk.
Tetapi perlu disadari betul dan dilakukan secara sengaja sehingga tak mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Marah dan menyalahkan
Ketika menentang perasaan mereka dan marah karena hal tersebut, mungkin pasangan Anda mengalami krisis paruh baya.
Pada kondisi tersebut, mereka mungkin mencoba untuk membatasi perhatian dan menganggapnya sebagai hal wajar. Dalam relasi eksternal, krisis paruh baya menyebabkan seseorang lebih sering menyalahkan orang lain dan lekas marah.
5. Membuat keputusan yang membingungkan
Keragu-raguan membuat seseorang membuat dua macam keputusan, yang pertama keputusan yang enggak solutif dan kedua, membuat orang lain di sekitarnya merasa frustasi. Dalam kehidupan berpasangan, alih-alih membuat keputusan impulsif, lebih baik menganalisis apa yang menyebabkan ketidakbahagiaan ketika mengalami midlife crisis.
6. Menarik diri
Keharmonisan dalam kehidupan berpasangan dibangun oleh dua belah pihan yang berkomitmen. Apabila salah satunya menarik diri, maka hubungan bisa terancam.
Gejala umum dari krisis paruh baya, bisa dikenali ketika pasangan menarik diri baik secara fisik maupun emosional. Mereka mulai bekerja di jam yang aneh, tidak lagi memberikan perhatian cukup, hingga berubah jadi dingin.
Sebelum saling menuduh dan memperkeruh kondisi krisis, saran ahli lebih baik membangun kembali kepercayaan dan memberikan support pada pasangan.