Apa yang Bisa Orang Tua Lakukan Saat Anak Sedang Jatuh Cinta?
Ilustrasi (Cottonbro/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Jatuh cinta menjadi salah satu fase yang akan dilalui oleh seseorang, tak terkecuali tentu saja si kecil. Anak umumnya akan mulai tertarik dengan lawan jenis ketika memasuki masa pubertas dan mulai melihat lawan jenis dengan cara yang berbeda, kira-kira ini terjadi sekitar umur 10-11 tahun. Anak yang tengah jatuh cinta biasanya akan memperlihatkan beberapa perubahan seperti misalnya lebih memperhatikan penampilan dan lebih menjaga privasi, lebih sering bermain bersama teman, dan tentu saja membicarakan seseorang yang sama berkali-kali.

Sementara itu, orangtua yang mengetahui si kecil telah beranjak dewasa pastinya akan merasakan emosi yang campur aduk, antara tak percaya anak sudah bertumbuh besar namun di sisi lain juga juga mengalami kecemasan bagaimana nantinya harus membicarakan topik percintaan dengan sang anak. Pasalnya, beberapa orangtua mungkin masih merasa sungkan untuk ngobrol soal ini karena menganggap anak masih terlalu kecil atau belum pantas dibahas.

Lalu sebenarnya bagaimana ya, bila anak sudah mulai jatuh cinta dengan lawan jenis, kira-kira apa yang harus dilakukan oleh orangtua?

Membicarakan soal jatuh cinta

Anak Anda mungkin terbuka bercerita bahwa mereka sedang jatuh cinta dengan teman sebayanya. Namun orang tua akan cenderung mengesampingkan hal ini. Menurut Amy Lang, pendidik parenting dan seksualitas, dalam tahap ini kehadiran orangtua sangat penting untuk memberikan konteks dan memastikan anak tahu apa yang mereka rasakan.

Komunikasi terkait topik percintaan ini justru akan membangun kepercayaan dan kedekatan dengan anak. Sehingga dalam tahapan ini, orangtua bisa memberikan pengertian mengenai nilai-nilai yang tak menyalahi norma agama dan sosial saat jatuh cinta dengan lawan jenis.

Jadi saat mengobrol topik percintaaan dengan si kecil, coba mulai tanyakan mengapa mereka menyukai anak yang ditaksirnya, hal apa yang ingin mereka lakukan dengan orang yang disukai. Lang mengingatkan pula untuk tidak meremehkan perasaan anak atau bahkan menertawakannya. Sebab jika itu terjadi bisa-bisa di kemudian hari mereka bakal enggan untuk mengungkapkan perasaan mereka. Satu hal penting lainnya adalah berbicaralah dengan si kecil dengan santai, sehingga mereka tak merasa seperti sedang diinterogasi.

Rambu-rambu jatuh cinta

Jatuh cinta membuat anak mengalami pengalaman emosi yang belum pernah dirasakan sebelumnya, misalnya saja menjadi obsesif dengan orang yang disukainya. Salah satu contohnya saja anak yang naksir seseorang akan mengawasi dan membuntutinya sepanjang waktu.

Rasanya tak jarang kita mendengar atau mungkin pernah mengalami sendiri kejadian itu bukan? Nah, bantu anak memahami bahwa beberapa perilaku mungkin akan membuat orang lain menjadi tak nyaman. Jadi beri pengertian bagaimana mereka harus menghargai orang yang mereka suka dengan memiliki batasan-batasan perilaku yang tidak kelewat batas.

Selain itu, alih-alih melarangnya untuk menyukai lawan jenis, lebih baik Anda membuat kesepakatan supaya jangan sampai mengganggu kewajiban utamanya di sekolah untuk belajar. Melarangnya justru dapat mendorong anak untuk tidak jujur dan menjadi pemberontak. Namun ingat untuk tetap mengawasi mereka ya.

Tak selalu seindah dongeng

Selalu ada konsekuensi dari jatuh cinta, yakni apa lagi kalau bukan patah hati. Jadi beri pengertian juga bahwa tak semua yang anak inginkan akan dia dapatkan. Dalam hal ini bicarakan mengenai apa yang akan terjadi jika ternyata orang yang disukainya tak merasakan hal yang sama alias bertepuk sebelah tangan.

Ingatkan bahwa patah hati bukanlah hal yang buruk melainkan sebuah proses dan pelajaran hidup untuk bangkit dan maju kembali. Masing-masing anak tentunya akan membutuhkan waktu yang berbeda untuk move on, tapi tetap dampingi dan ada untuk mereka ya.