8 Tips Membiasakan Anak-anak Terbuka tentang Perasaannya
Ilustrasi tips membiasakan anak-anak terbuka tentang perasaannya (Freepik/Drazen Zigic)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Membicarakan perasaan bukan tentang suasana melankolis dan mengeluh. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang mendorong anak-anak mereka untuk membicarakan perasaan, seperti kemarahan dan kesedihan, lebih mungkin membesarkan anak-anak yang tangguh.

Penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti di Emory University Center for Myth and Ritual in American Life. Hasil penelitian disimpulkan berdasarkan temuan percakapan keluarga di kawasan Atlanta tentang peristiwa negatif seperti kematian. Dalam penelitian ini, anak-anak berjuang untuk memahami apa yang terjadi. Lebih dari itu, anak-anak juga memiliki harga diri yang lebih baik dan lebih mahir secara sosial.

Dalam membahas peristiwa negatif, orang sering mengingat sesuatu secara berbeda dan mereka tidak setuju bagaimana peristiwa itu terjadi. Namun dengan berbicara dan berdiskusi tentang perasaan, mereka memiliki perspektif yang berbeda. Ini karena memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar bagaimana mendengarkan dan didengarkan. Anak-anak juga belajar bagaimana mengasosiasikan perbedaan pendapat. Berikut beberapa tips membiasakan anak-anak terbuka tentang perasaannya pada orang tua.

1. Mulai sejak usia dini

Mengenalkan ekspresi dan perasaan, merupakan hal pertama yang perlu dilakukan orang tua. Seperti mengenali bagaimana sih rasa senang, marah, bahagia, kecewa, hingga sedih. Dengarkan mereka ketika masih usia dini. Kalau dilakukan terus-menerus, mereka akan terbuka tentang perasaannya hingga besar nanti.

tips membiasakan anak-anak terbuka tentang perasaannya
Ilustrasi tips membiasakan anak-anak terbuka tentang perasaannya (Freepik/our-team)

2. Membersamai anak-anak meski tidak membuat Anda nyaman

Melansir Psychology Today, Minggu, 4 Desember, anak-anak mungkin akan berbicara di penghujung hari saat Anda kelelahan. Tetapi meski Anda merasa lelah, tetaplah membersamai mereka dan jangan lewatkan kesempatan untuk berkomunikasi.

3. Jangan menghakimi

Penghakiman atau memberikan nilai pada perasaan, seperti ini buruk atau itu baik, membuat seseorang menjadi defensif. Anak-anak juga akan defensif jika perasaannya dihakimi. Saat sering dihakimi, mereka jadi tak mengkomunikasikan perasaannya lagi dan lebih tertutup.

4. Jangan disela

Perasaan bisa bebas nilai selama berperilaku baik. Jadi, biarkan anak-anak berbicara bahkan ketika Anda tidak ingin mendengarkan apa yang dia katakan. Ketika mereka jujur, jangan disela.

Apabila mengajukan pertanyaan, mulailah dengan kata-kata “beri tahu saya” atau “bagaimana”. Ini mendorong seorang anak untuk menjadi spesifik dan mengurangi kemungkinan dia menutup diri.

5. Jangan emosional

Orang tua perlu memiliki kecerdasan emosional agar tak reaktif dengan keterbukaan anak tentang perasaannya. Tetaplah tenang dan jika memiliki sesuatu untuk dikatakan, pikirkan terlebih dahulu. Nah, ketika anak memberi tahu Anda sesuatu yang mengejutkan, jangan perlihatkan keterkejutan Anda. Kalau tidak, dia akan berhenti berkomunikasi selamanya.

6. Terlibat kegiatan bersama

Tips ini, bertujuan untuk menjaga kedekatan emosional antara orang tua dan anak-anaknya. Tidak perlu hal yang rumit, cukup jalan-jalan, olahraga, atau melakukan aktivitas keseharian lainnya.

7. Buat pengalaman baru bersama anak-anak

Pengalaman baru tidak melulu mengubah hidup. Mencoba menu baru di restoran atau jalan-jalan ke tempat baru juga merekam pengalaman baru bagi Anda dan anak-anak. Perlu Anda ketahui, pengalaman baru akan membantu menginspirasi diskusi dan berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.

8. Makan malam bersama

Anak-anak yang duduk di meja makan keluarga tiga sampai empat kali seminggu lebih kecil kemungkinannya untuk merokok, minum, dan menggunakan narkoba daripada anak-anak yang makan sendiri. Mereka juga memiliki nilai yang lebih baik dan lebih sedikit mengalami masalah emosional.

Itulah tips yang bisa Anda praktikkan untuk membiasakan anak-anak terbuka tentang perasaannya. Apakah Anda telah menjalani salah satunya?

Terkait