Jangan Coba-coba Beri Kopi pada Balita, Akibatnya Berbahaya
Balita (Foto: Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Video viral di Tiktok, seorang bayi yang diberikan kopi susu sachet oleh ibunya membuat warganet kuatir. Sang ibu beranggapan jika kopi susu mempunyai kandungan susu sebenarnya, dibandingkan dengan kental manis.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta setiap orang tua untuk tidak coba-coba memberikan makanan asing seperti kopi pada balita karena dampak buruknya.

“Menurut saya memberikan teh atau kopi pada balita merupakan kekonyolan tersendiri. Anak bukan untuk uji coba. Jangan pernah coba-coba pada anak, hamil juga jangan coba-coba,” kata Hasto Wardoyo dikutip dari ANTARA, Kamis, 26 Januari.

Hasto menekankan kopi mengandung kafein yang dapat mencegah orang dewasa untuk tidak mengantuk. Sementara minuman manis lain seperti teh, cenderung mengandung banyak zat teofilin.

"Bila diberikan pada balita dan bayi, kandungan tersebut dapat betul-betul berbahaya karena memiliki efek yang mengganggu penyerapan mikronutrien, zat besi hingga vitamin dari tiap makanan yang dikonsumsi oleh anak. Terlebih adanya rasa manis dikhawatirkan membuat anak menjadi kecanduan," katanya.

Hasto mengingatkan balita bukan objek untuk melakukan uji coba saat orang tua baru mempelajari sesuatu seperti pemberian asupan gizi anak yang baik.

Ia juga meminta pada setiap pihak yang bukan seorang ahli di bidangnya untuk berhenti memberikan contoh atau edukasi yang menyesatkan melalui platform media sosial.

Dirinya menilai selama sebuah hal belum mempunyai rekomendasi dari ahlinya dan tidak ada bukti nyata, hal tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya dan tidak baik untuk diberikan dalam pengasuhan.

“Harus dengan ilmu dan bagi yang bukan ahlinya tolong jangan ngarang menyebarkan edukasi yang salah. Kami yang ahli saja suka tidak berani berbicara,” katanya.

Terpisah, Guru Besar Pangan dan Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS. juga tidak menyarankan anak-anak khususnya di bawah usia lima tahun (balita) diperkenalkan dengan kopi karena pencernaannya sedang berkembang dan belum cukup mengenal makanan yang seharusnya disantap.

"Anak kecil minum susu, sudah jelas yang terbaik dan bergizi. Minum kopi nanti," ujar Prof Ali dalam acara "Hari Gizi Nasional: Pentingnya Gizi Seimbang Dalam Kehidupan Sehari - hari" bersama Nestlé Indonesia di Jakarta, Rabu.

Kondisi ini bertentangan dengan kepercayaan di masyarakat yang memberikan kopi pada anak untuk menghindari terkena panas. Terkadang, anak juga diberi satu hingga dua tetes kopi yang sebenarnya hanya untuk menunjukkan kebiasaan atau budaya. Tetapi sekali lagi, Prof. Ali tak menyarankan tindakan ini.

Ia menuturkan, kopi mengandung antioksidan dan bersifat diuretik yang konon dapat menyingkirkan bebatuan dalam tubuh, tetapi harus disertai asupan air putih. Saat seseorang beranjak remaja, mereka dipersilahkan meminum kopi. Namun, terdapat risiko meningkatnya tekanan darah sesaat pada seseorang yang mengonsumsi kopi.

"Jadi, kalau anak-anak sampai kecanduan minum kopi maka kemungkinan tekanan darahnya naik secara gradual sampai dewasa nanti tiba-tiba dia sudah jadi penderita hipertensi," tutur dia yang menyarankan pasien hipertensi sebaiknya menjauhi kopi.

Prof. Ali menambahkan, setali tiga uang dengan kopi, herbal juga sebaiknya tak dulu diperkenalkan pada balita, mengingat belum ada penelitian yang mengujicobakan herbal tertentu pada anak. Kondisi ini, kata dia, seringkali menjadi acuan seseorang untuk mengatakan bahwa anak-anak jangan diperkenalkan dulu herbal.

Tapi kemudian pertanyaannya adalah apakah anak-anak kecil itu perlu minum kopi atau tidak. Di sini, jawaban singkatnya mungkin tidak.

Sementara itu, American Academy of Pediatrics (AAP) seperti disiarkan Healthline menyatakan anak-anak dan bayi harus berusaha untuk tidak minum minuman yang mengandung kafein. Akademi pada tahun 2018 menyimpulkan kafein tidak memiliki tempat dalam makanan anak-anak.

Kafein mungkin membuat seseorang merasa lebih waspada, segar sehingga siap menangani daftar tugas yang panjang. Tetapi, tubuh bayi tidak dapat menanganinya dengan mudah, dan jumlah yang lebih kecil dapat mempengaruhi fungsinya. Bayi mungkin bereaksi terhadap kafein dengan bertindak gelisah, cemas hingga bahkan mungkin mengalami gejala seperti kolik.