Apa Itu Sindrom Kaki Gelisah? Begini Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi sepasang kaki (Unsplash/Haley Owens)

Bagikan:

JAKARTA – Kaki gelisah adalah masalah yang paling umum dialami oleh hampir 2 juta orang pertahun di Indonesia. Sindrom kaki gelisah disebut dengan Willis Ekbom. Keinginan untuk menggerakkan kaki dan tak dapat dikendalikan jadi satu gejala sindrom ini.

Penderitanya akan merasakan dorongan menggerakkan kaki karena ada rasa tak nyaman di kaki. Bisa kambuh kapan pun, baik sore, pagi maupun malam hari. Gejala dapat timbul dalam kondisi tubuh duduk hingga berbaring.

Dilansir John Hopkins Medicine, sindrom kaki gelisah atau restless leg syndrome bisa dialami oleh siapa saja. Diperkirakan 5 persen populasi mengalami sindrom ini, 10 persen diantaranya sekitar usia 65 tahun.

Gejala yang dialami oleh penderita Willis Ekbom adalah sebagai berikut:

1.     Sensasi dan dorongan menggerakkan kaki pada umumnya dirasakan setelah berbaring atau duduk dalam waktu lama. Biasanya saat melakukan perjalanan jauh, misalnya di dalam mobil, dan transportasi lain.

2.     Gejala ini akan berkurang sesudah melakukan peregangan pergelangan kaki dan sekitarnya. Ada rasa lega setelah menggerakkan kaki serta berjalan mondar-mandir.

3.     Gejala paling buruk dialami pada malam hari.

4.     Kaki terasa berdenyut pada malam hari sehingga mendorong untuk menggerakkan kaki, baik menendang atau menggoyangkan kaki.

Dilansir oleh NHS, pada sebagian besar kasus restless leg syndrome tidak ada penyebab yang jelas.

Sindrom ini bisa diturunkan berdasar garis keturunan. Beberapa ahli saraf yang khusus menangani dan mendalami sistem saraf memercayai bahwa gejala sindrom ini ada hubungannya dengan cara tubuh menangani dopamin.

Zat kimiawi alami dopamin terlibat dalam mengendalikan gerakan otot dan mungkin bertanggung jawab atas ketaksengajaan menggerak-gerakkan kaki yang dikenal dengan sindrom kaki gelisah.

Dalam beberapa kasus, sindrom ini disebabkan kondisi kesehatan, seperti anemia atau gagal ginjal sehingga kaki gelisah sebagai efek sekunder.

Ada juga yang mengalami kaki gelisah pada masa kehamilan. Satu diantara 5 wanita hamil mengalami gejala ini selama tiga bulan terakhir kehamilan. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti dan dalam kasus ini gejala akan hilang setelah melahirkan.

Jika gejala semakin parah, mungkin penderita memerlukan obat untuk mengatur kadar dopamin dan zat besi pada tubuh.

Berdasarkan data pasien, wanita dua kali lebih mungkin mengalami sindrom kaki gelisah dibanding pria. Meski tidak mencancam nyawa, tetapi dalam kasus terparah dapat mengganggu tidur, memicu kecemasan serta depresi.  

Pada kasus ringan, sindrom kaki gelisah tidak memerlukan perawatan apapun, kecuali perlu mengubah gaya hidup.

Misalnya dengan mendapatkan tidur cukup dan teratur, menghindari konsumsi minuman beralkohol dan kafein, berhenti merokok dan teratur olahraga pada pagi atau sore hari.