4 Masalah Kesehatan yang Bisa Terjadi Pasca Berhubungan Seksual dan Cara Menanganinya
Ilustrasi (Karolina Grabowska/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Berhubungan seks adalah aktivitas yang menyenangkan. Tentu, ada potensi efek samping yang mengkhawatirkan, seperti infeksi menular seksual atau kehamilan yang tidak diinginkan setelah berhubungan seks. Tapi gangguan kesehatan lain yang kurang dikenal juga bisa muncul begitu kesenangan selesai.

Beberapa penyakit langka setelah berhubungan seks adalah amnesia sementara dan kebingungan. Menurut penelitian di Mayo Clinic menyebutkan kondisi ini memerlukan perhatian medis untuk mengobservasi hal yang lebih serius. 

Lalu, apa lagi? Berikut empat masalah kesehatan yang bisa terjadi setelah berhubungan seks serta cara menanganinya sesuai saran ahli.

1. Sakit kepala

Sakit kepala bisa terjadi selama dan setelah Anda melakukan hubungan intim. Sakit kepala, mulai dari tipe tegang hingga migrain, dapat terjadi selama hubungan seksual atau orgasme. Ada pemicu sakit kepala menurut National Headache Foundation, dilansir dari Everyday Health, Jumat, 18 Agustus. Jika tubuh Anda tegang dan bergairah saat berhubungan intim, Anda bisa mengalami kontraksi otot di kepala dan leher yang bisa menyebabkan kepala berdenyut. Anda juga bisa mengalami sakit kepala hebat tepat sebelum mencapai klimaks, kemungkinan sebagai respons terhadap peningkatan tekanan darah dan detak jantung yang cepat. Bagi sebagian orang, sakit kepala terkait seks bisa terjadi sekali seumur hidup. Namun ada juga yang sering mengalaminya. 

Jika Anda merasakan sakit kepala saat berhubungan seks, menghentikan aktivitas seksual atau mengambil peran yang lebih pasif dapat mengurangi tingkat kesakitan. Anda juga dapat mengobatinya dengan minum pereda nyeri, antiinflamasi, atau pengobatan khusus migrain jika Anda menderita migrain. Jika sakit kepala ini sering terjadi, periksakan diri pada ahli.

2. Serangan Asma

Jika Anda menderita asma yang tidak terkontrol dengan baik, hubungan seksual dapat memicu serangan asma seperti halnya olahraga. Seks adalah aktivitas fisik yang intensitasnya mirip dengan jalan cepat, jelas Sandra Gawchik, DO, salah satu direktur Asthma and Allergy Associates di Chester, Pennsylvania. Selama hubungan seksual, gejala seperti sesak dada, kesulitan bernapas, batuk, atau mengi bisa muncul tiba-tiba.

Sebuah studi kecil yang diterbitkan dalam BMJ Open Respiratory Research menemukan bahwa asma yang parah dapat berdampak signifikan pada keintiman fisik dan emosional dalam hubungan seksual. Rasa capek luar biasa yang dialami penderita asma, serta kecemasan orgasme dapat menyebabkan bronkospasme parah dan serangan asma.

Untuk mencegah serangan asma terjadi selama atau setelah berhubungan seks, pastikan asma Anda dikontrol dengan obat yang sesuai dan ambil langkah-langkah untuk mengurangi kecemasan melalui biofeedback atau pelatihan mindfulness saran Dr. Gawchik.  Menggunakan penghirup bronkodilator adrenergik seperti albuterol sebelum hubungan seksual dapat membantu, dan mengubah posisi seksual Anda juga dapat membuat perbedaan. Selain itu posisi seks yang tepat dan nyaman juga bisa bantu mencegah asma kambuh.

3. Duka, Sedih, atau Perubahan Suasana Hati

Jika Anda pernah merasa sedih atau cemas setelah berhubungan seks, Anda mungkin mengalami apa yang dikenal sebagai postcoital dysphoria, alias post-sex blues, menurut International Society for Sexual Medicine. Dalam penelitian yang diterbitkan jurnal Sexual Medicine, peneliti mengamati 230 wanita dan menemukan bahwa 46 persen pernah mengalami dysphoria postcoital dan 5 persen sering mengalaminya.

Kesedihan, kecemasan, atau agitasi pasca-seks dapat terasa membingungkan dan tidak nyaman, terutama bagi mereka yang terbiasa mengalami kesenangan dan kedekatan dengan pasangannya setelah aktivitas seksual, catat Elizabeth A. Grill, PsyD, seorang profesor psikologi di Weill. Fakultas Kedokteran Universitas Cornell di Kota New York.

Biasanya perasaan ini tak berlangsung lama. Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk meringankan ketidaknyamanan emosional dengan melakukan teknik pernapasan dalam yang menenangkan, mendengarkan musik, atau berbicara dengan pasangan tentang perasaan Anda.

Jika perasaan disforia pasca-seks terus berlanjut atau sering kambuh, sebaiknya bicarakan dengan konselor atau terapis tentang mengapa hal itu bisa terjadi - dan apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengelola kemurungan pasca-seks.

4. Sistitis (Infeksi Saluran Kemih)

Jika Anda pernah berhubungan seks beberapa kali dalam sehari dan kemudian merasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil, ingin segera buang air kecil, atau melihat urin berwarna merah muda, Anda mungkin mengalami kasus sistitis

Jenis infeksi saluran kemih ini berasal dari aktivitas seksual berulang, yang dapat menyebabkan iritasi pada vagina, termasuk robekan mikroskopis pada kulit di sekitar vagina dan uretra, atau peradangan pada lapisan kandung kemih, jelas Jill Maura Rabin, MD.

Kerusakan kecil pada kulit ini memungkinkan bakteri masuk ke kandung kemih, terutama jika Anda tidak membuangnya dengan buang air kecil setelah berhubungan seksual. Jika Anda melakukan seks anal dan kemudian beralih ke aktivitas seksual vaginal tanpa mengganti kondom atau membersihkan penis, bakteri juga dapat masuk ke kandung kemih, Dr. Rabin menambahkan.

Tak perlu khawatir. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of General Internal Medicine menemukan bahwa hubungan seksual juga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada wanita pascamenopause.

Jika Anda mengalami demam, nyeri tubuh, dan menggigil disertai rasa tidak nyaman pada vagina, temui tenaga kesehatan untuk mengobati infeksi. Tetap terhidrasi dengan baik juga dapat membantu menghilangkan bakteri agar merasa lebih cepat membaik dan hindari hubungan seksual sampai gejala hilang.