Bagaimana Seks Bisa Memengaruhi Kerja Otak? 
Ilustrasi (Karolina Grabowska/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Hubungan seksual diketahui memengaruhi fungsi seluruh tubuh manusia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa seks memberi dampak pada porsi makan seseorang dan seberapa baik fungsi jantung.

Seperti yang laporan yang disadur dari Medical News Today, Selasa, 5 Desember, seks disebut-sebut sebagai metode efektif membakar kalori. Para ilmuwan mencatat bahwa nafsu makan berkurang setelah seseorang melakukan hubungan seksual.

Selain itu, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Health and Social Behavior pada tahun 2016 menemukan bahwa. Wanita yang merasa puas ketika melakukan hubungan seks, lebih mungkin terlindung dari risiko tekanan darah tinggi di kemudian hari.

Banyak efek seks pada tubuh yang sebenarnya turut memengaruhi aktivitas otak dan pelepasan hormon di sistem saraf pusat. Baik bagi pria maupun wanita, rangsangan dan kepuasan seksual telah terbukti meningkatkan aktivitas jaringan otak. Yang berhubungan dengan rasa sakit dan keadaan emosional, serta sistem penghargaan.Hal ini menyebabkan beberapa peneliti menyamakan seks dengan stimulan lain yang kita harapkan akan menimbulkan sensasi “high” secara instan, seperti obat-obatan dan alkohol.

Sebuah studi tahun 2005 oleh para peneliti di University Medical Center Groningen di Belanda menggunakan pemindaian tomografi emisi positron untuk memantau aliran darah otak peserta pria saat alat kelamin mereka dirangsang oleh pasangan wanitanya.

Pemindaian menunjukkan bahwa merangsang penis yang ereksi meningkatkan aliran darah di insula posterior dan korteks somatosensorik sekunder di belahan otak kanan. Sekaligus menurunkan aliran darah di amigdala kanan.

Insula adalah bagian otak yang dikaitkan dengan pemrosesan emosi, serta sensasi sakit dan hangat. Demikian pula, korteks somatosensori sekunder diperkirakan memainkan peran penting dalam mengkode sensasi nyeri.

Adapun amigdala, diketahui terlibat dalam pengaturan emosi, dan disregulasi aktivitasnya telah dikaitkan dengan perkembangan gangguan kecemasan. Sebuah studi terdahulu dari universitas yang sama – yang berfokus pada bagian otak yang diaktifkan pada saat ejakulasi – menemukan bahwa ada peningkatan aliran darah ke otak kecil, yang juga memainkan peran penting dalam pemrosesan emosi.

Para peneliti menyamakan aktivasi otak kecil selama ejakulasi dengan kesenangan yang disebabkan oleh aktivitas lain yang merangsang sistem penghargaan otak.

Dalam sebuah penelitian tentang orgasme wanita yang dilakukan tahun lalu, para ilmuwan dari Rutgers University di Newark, NJ, memantau aktivitas otak 10 partisipan wanita saat mereka mencapai puncak kenikmatan mereka – baik dengan stimulasi diri atau dengan rangsangan dari pasangan pada tubuh mereka.

Daerah yang “aktif secara signifikan” selama orgasme, menurut temuan tim, termasuk bagian dari korteks prefrontal, korteks orbitofrontal, insula, cingulate gyrus, dan otak kecil. Wilayah otak ini terlibat dalam berbagai proses emosi dan sensasi nyeri, serta dalam pengaturan beberapa proses metabolisme dan pengambilan keputusan.

Studi lain yang sebelumnya membahas MNT menunjukkan bahwa rangsangan ritmis dan menyenangkan yang terkait dengan orgasme membuat otak berada dalam kondisi trance. Penulis studi Adam Safron membandingkan efek orgasme wanita pada otak dengan efek yang ditimbulkan oleh menari atau mendengarkan musik.

“Musik dan tarian mungkin satu-satunya hal yang mendekati interaksi seksual dalam kemampuannya melatih ritme saraf dan menghasilkan penyerapan sensorik dan trance,” tulisnya.

“Artinya,” tambahnya, “alasan kita menikmati pengalaman seksual mungkin sangat tumpang tindih dengan alasan kita menikmati pengalaman musik, baik dalam hal yang bersifat langsung (yaitu, masuknya saraf dan induksi kondisi seperti trance) maupun yang utama (yaitu, pilihan pasangan dan ikatan) tingkat sebab-akibat.”