Mengenal Depresi Spiritual, Kondisi Batin saat Orang Tak Lagi Merasa Yakin tentang Kebesaran Sang Pencipta
Ilustrasi (Tima Mirosnichenko/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Jika Anda pernah merasa terkatung-katung atau hilang koneksi yang kuat dengan Sang Pencipta, bisa jadi Anda sedang mengalami 'depresi spiritual'. Jenis depresi ini dapat membuat Anda mempertanyakan makna dan tujuan hidup.

Depresi spiritual adalah fenomena yang terdokumentasi dengan baik dan dapat diatasi melalui praktik seperti:

  • meditasi
  • rasa syukur
  • empati
  • berhubungan kembali dengan alam

Apa itu depresi spiritual?

Dilansir dari Psych Central, Rabu, 6 Maret, depresi spiritual, istilah yang menjadi terkenal melalui buku Dr. Martyn Lloyd-Jones “Spiritual Depression: Its Causes and Cures” pada tahun 1954, mengacu pada bentuk depresi unik yang terutama didasarkan pada hilangnya konektivitas dengan Sang Pencipta. Depresi spiritual lebih dari sekadar tekanan psikologis dan sering kali ditandai dengan perasaan hampa, hilangnya makna dan tujuan hidup, serta perasaan terputus dari Tuhan.

Tanda-tanda depresi spiritual

Berikut beberapa tanda yang dirasakan saat mengalami depresi spiritual:

  • merasakan kekosongan batin yang mendalam
  • merasa terputus atau ditinggalkan oleh Tuhan
  • kehilangan minat pada aktivitas spiritual yang sebelumnya dinikmati, seperti pergi ke tempat ibadah atau membaca kitab suci
  • keraguan atau pertanyaan terus-menerus tentang keyakinan spiritual atau agama Anda
  • keputusasaan atau kurangnya makna atau tujuan hidup
  • rasa bersalah dan malu karena kegagalan moral yang dirasakan
  • isolasi dari komunitas spiritual

Apa yang menyebabkan depresi spiritual?

Penyebab depresi spiritual sangatlah kompleks dan dapat berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa faktor potensial yang mungkin berkontribusi terhadap depresi spiritual meliputi:

Peristiwa traumatis: Peristiwa traumatis dapat menantang keyakinan seseorang, sehingga mengakibatkan hilangnya kepercayaan terhadap kekuatan yang lebih tinggi atau kerangka spiritual.

  • Perjuangan moral atau etika: Konflik mungkin timbul karena perasaan tidak mampu secara moral, menghadapi dilema etika, atau tidak memenuhi standar spiritual dan moral.
  • Pertanyaan eksistensial: Pertanyaan eksistensial yang tidak terjawab dapat menyebabkan depresi spiritual.
  • Masalah komunitas spiritual: Perjuangan dalam komunitas agama atau spiritual, seperti penilaian, pengucilan, atau konflik dengan orang lain, dapat berkontribusi pada rasa terisolasi.
  • Faktor kesehatan mental: Kondisi kesehatan mental yang mendasari, seperti depresi atau regulasi emosi yang buruk, dapat menyebabkan depresi spiritual.
  • Kekhawatiran eksistensial: Pertanyaan mendalam tentang makna hidup, keberadaan, dan peran seseorang di alam semesta, dapat menimbulkan kegelisahan eksistensial dan tekanan spiritual.

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 231 karyawan dari sebuah universitas kedokteran di Teheran, Iran, para peneliti meneliti bagaimana hubungan kesehatan spiritual dengan kesejahteraan.

Mereka menemukan bahwa kesehatan spiritual yang lebih tinggi dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih baik, kesehatan mental, dan tingkat kelelahan kerja yang lebih rendah. Studi ini juga menunjukkan bahwa regulasi emosi yang efektif turut dipengaruhi oleh kesehatan spiritual yang baik serta kemampuan mengelola beban pekerjaan.

Cara mengatasi depresi spiritual

Mengatasi depresi spiritual seringkali memerlukan pendekatan holistik; menggabungkan dukungan psikologis, emosional, dan spiritual untuk menemukan makna dan tujuan.

Pertama, memahami apa definisi dari kesehatan spiritual. Menurut sebuah studi tahun 2018, empat indikator kesehatan spiritual yakni membina hubungan dengan:

  • Tuhan
  • diri sendiri
  • orang lain
  • alam

Sebagai kesimpulan, depresi spiritual adalah jenis depresi yang melibatkan perasaan terputusnya hubungan dengan Yang Maha Esa. Hal ini mungkin dipicu oleh rasa bersalah, trauma, atau pertanyaan terkait eksistensial.

Meskipun pemulihan mungkin memerlukan waktu dan dukungan profesional, pertimbangkan untuk berhubungan kembali dengan Tuhan melalui doa, ibadah, dan meditasi. Pada saat yang sama, peliharalah hubungan dengan diri Anda sendiri, orang lain, dan alam, karena hal-hal ini berkontribusi secara signifikan dalam merevitalisasi kehidupan spiritual Anda.