YOGYAKARTA - Lantaran keuntungannya tinggi, menanam cabe rawit menjadi pilihan menarik bagi banyak petani di Indonesia, Namun, untuk mewujudkan panen berlimpah, ada satu aspek krusial yang seringkali disepelekan yaitu jarak tanam cabe rawit yang tepat.
Ketepatan dalam mengatur ruang antar tanaman bukan sekadar masalah estetika kebun, melainkan fondasi utama yang memengaruhi pertumbuhan, kesehatan, hingga produktivitas akhir tanaman cabe rawit.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa jarak tanam yang tepat begitu penting, serta memberikan panduan praktis untuk mengaplikasikannya demi hasil panen yang optimal.
Peluang Cabai Rawit Dibandingkan Cabai Lainnya
Dilansir dari laman Dinas Pertanian dan Pangan Magelang Kota, sebagai anggota famili Solanaceae, cabai rawit (Capsicum frutescens) adalah tanaman berumur panjang yang dapat terus menghasilkan hingga 2-3 tahun jika dipelihara dengan baik dan kebutuhan nutrisinya terpenuhi.
Meskipun teknik budidaya cabai rawit secara umum serupa dengan cabai merah, perhatian khusus perlu diberikan pada pengaturan jarak tanam dan pemberian pupuk.
Mengingat masa hidupnya yang lebih lama, cabai rawit memerlukan pemupukan yang lebih intensif. Keunggulan lain dari tanaman ini adalah ketahanannya yang relatif lebih baik terhadap serangan penyakit dibandingkan jenis cabai lainnya.
Cabai rawit sendiri hadir dalam berbagai ukuran, dan varietas kecilnya terkenal dengan rasa pedasnya yang menyengat, serta pemanfaatannya yang luas dalam kuliner dan pengobatan tradisional.
BACA JUGA:
Untuk mengetahui jarak tanam cabai rawit yang ideal, terdapat beberapa teknik khusus dalam budidaya cabai rawit pada step persiapan tanah dan penanaman, berikut di antaranya:
Baca juga artikel yang membahas Cara Membuat Makanan Kucing di Rumah, Praktis dan Disukai Anabul
Persiapan Lahan
Untuk mempersiapkan lahan kering atau tegal yang akan digunakan, langkah pertama adalah melakukan pengolahan tanah secara intensif. Tanah perlu dibajak atau dicangkul hingga kedalaman 30-40 cm, diikuti dengan pembalikan lapisan tanah.
Selanjutnya, bongkahan tanah dipecah dan diratakan. Penting juga untuk membersihkan area tanam dari sisa-sisa tanaman sebelumnya guna mencegah potensi penyebaran penyakit.
Menyiapkan Bedengan
Setelah pengolahan tanah, pembuatan bedengan menjadi tahap berikutnya. Lebar ideal bedengan berkisar antara 1 hingga 1,2 meter, dengan tinggi 40 hingga 50 cm.
Tinggi bedengan dapat disesuaikan dengan kondisi tanah setempat, terutama untuk memastikan kelembaban yang terjaga tanpa risiko genangan air saat hujan. Panjang bedengan dapat disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia.
Jarak antar bedengan sebaiknya diatur sekitar 40-50 cm untuk memudahkan proses pemeliharaan dan memastikan drainase yang efektif.
Penambahan Kapur Khusus
Jika pH tanah terlalu rendah atau bersifat masam, aplikasi kapur pertanian diperlukan. Proses ini dilakukan saat pengolahan tanah, idealnya 2-3 minggu sebelum penanaman.
Kapur ditaburkan secara merata di permukaan tanah dan kemudian dicampur dengan tanah. Permukaan bedengan sebaiknya dibentuk sedikit melengkung seperti setengah lingkaran untuk mempermudah pemasangan mulsa plastik hitam perak.
Pupuk kandang diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah sebagai nutrisi awal bagi tanaman. Terakhir, mulsa plastik hitam perak dipasang untuk menjaga kelembaban, menekan pertumbuhan gulma, dan meningkatkan suhu tanah.
Jarak Tanam Cabe Rawit Ideal
Penyuluh Pertanian Madya dari Disperpa Kota Magelang merekomendasikan penggunaan jarak tanam 70 cm x 70 cm atau 60 cm x 70 cm untuk penanaman cabai rawit.
Sementara itu, teknik pembuatan lubang tanam setelah pemasangan mulsa plastik melibatkan penggunaan kaleng yang dipanaskan.
Lubang dengan kedalaman 15-20 cm dan diameter 20-25 cm ini dibiarkan selama satu malam sebelum penanaman bibit dilakukan keesokan harinya.
Selain Jarak Tanam Cabe Rawit, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari VOI dan follow semua akun sosial medianya!