Jenis Doping yang Dilarang untuk Atlet, Efek Sampingnya Berbahaya
Ilustrasi doping yang dilarang untuk atlet olahraga (Freepik).

Bagikan:

YOGYAKARTA - Tidak sedikit atlet memakai doping untuk meningkatkan performa secara instan. Padahal, doping tidak diperbolehkan dalam dunia olahraga karena bisa membahayakan tubuh atlet. Ada beberapa jenis doping yang dilarang untuk atlet. 

Doping adalah istilah yang dipakai untuk menyebut jenis zat terlarang yang tidak boleh digunakan para atlet. Penggunaan doping termasuk pelanggaran etika sportivitas dalam olahraga. Namun, sampai saat ini masih ditemukan kasus doping yang dilakukan oleh atlet. 

Doping memang dapat meningkatkan performa secara instan, mulai dari meningkatkan energi, daya tahan tubuh, massa otot, hingga mempercepat waktu pemulihan. Namun, tindakan ini bisa menimbulkan dampak buruk serta tidak fair dalam kegiatan olahraga. Lantas apa saja doping yang dilarang untuk atlet?

Jenis-Jenis Doping yang Dilarang untuk Atlet

Badan Anti-Doping Dunia (WADA) menyampaikan beberapa jenis doping yang dilarang digunakan oleh atlet. Berikut ini jenis-jenis doping yang tidak boleh dipakai para atlet.

Narkotika

Narkotika adalah zat yang biasanya digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit. Jenis narkotika yang umum dipakai, yaitu metadon dan morfin. Penggunaan narkotika dilakukan dengan cara ditelan atau disuntikkan ke aliran darah, bawah kulit, dan otot. 

Kreatin

Kreatin sebenarnya merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh. Namun, penggunaan zat kreatin tambahan untuk doping sangat dilarang dalam dunia olahraga. Tindakan ini dinilai bisa membantu meningkatkan energi untuk otot, meningkatkan sintesis protein, dan menambah volume otot, sehingga termasuk upaya tidak sportif dalam aktivitas olahraga.

Steroid

Jenis doping lainnya yang dilarang dalam dunia olahraga adalah steroid. Steroid adalah kelompok senyawa kuat yang terkait dengan hormon testosteron. Obat ini dapat memacu hormon, mengurangi peradangan, serta meredakan nyeri dan pembengkakan. Selain itu, steroid juga mampu meningkatkan massa otot. 

Pemakaian steroid secara umum diperbolehkan untuk kondisi medis tertentu dan berdasarkan resep dokter. Namun, penggunaan steroid pada atlet merupakan tindakan yang dilarang. Maka dari itu, para atlet harus berhati-hati dan menghindari konsumsi obat yang memiliki kandungan steroid. 

Doping Darah

Jenis doping yang satu ini termasuk memiliki intensitas sangat tinggi. Doping darah dipakai untuk meningkatkan massa sel darah merah sehingga dapat memberikan oksigen lebih banyak ke otot. Doping ini biasanya dipakai dengan cara menyimpan sel darah merah di tempat yang dingin, kemudian diinfuskan kembali ke tubuh.

Diuretik

Diuretik sebenarnya bukan termasuk jenis doping untuk meningkatkan kinerja atau performa tubuh. Obat ini dipakai untuk meningkatkan produksi urin dan menghilangkah jejak steroid dalam tubuh. Doping ini juga berguna dalam membantu menurunkan berat badan sementara. Namun, obat ini bisa menimbulkan sejumlah efek samping, seperti sembelit, pusing, mulut kering, kram otot, peningkatkan kadar gula darah, hingga kelelahan. 

Eritropoietin

Eritropoietin (EPO) merupakan jenis doping dari protein buatan. Dalam dunia medis, eritropoietin dipakai untuk mengobati kondisi anemia atau kekurangan sel darah merah. Namun, doping ini terkadang disalahgunakan atlet dalam olahraga ketahanan. 

Doping ini mampu mengoptimalkan distribusi oksigen ke jaringan otot. Dengan cara in, kekuatan otot dan waktu pemulihan bisa lebih cepat. Namun, jenis doping ini dilarang karena berisiko menyebabkan efek samping berupa stroke dan serangan jantung. 

Demikianlah ulasan mengenai jenis doping yang dilarang digunakan atlet. Di samping  bisa memberikan peningkatan performa secara instan, doping dapat menyebabkan dampak buruk, seperti merusak saraf dan organ, menimbulkan ketergantungan, hingga rentan terserang penyakit. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kami menghadirkan kabar terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.