Bagikan:

JAKARTA - Tak ada hal mengejutkan dari kekalahan telak Manchester United 1-3 atas Brighton & Hove Albion di Old Trafford pada Minggu, 19 Januari 2025.

Siapa pun yang menyaksikan 80 menit pertama The Red Devils melawan Southampton--tim terburuk di Liga Inggris--pada Jumat, 17 Januari 2025, pasti khawatir tentang apa yang mungkin dilakukan Brighton di Old Trafford.

Tak heran The Seagulls meninggalkan Manchester United sebagai pemenang yang nyaman karena sepenuhnya sudah dapat diprediksi.

The Red Devils berhasil bangkit melawan Southampton hingga akhirnya menang 3-1. Tidak ada yang terulang melawan Brighton. Jika ada, tim tamu seharusnya bisa menang lebih telak.

Brighton mencetak tiga gol, satu gol lainnya dianulir melalui VAR dan menyia-nyiakan peluang di akhir pertandingan.

Manajer Ruben Amorim sangat ingin bertanggung jawab atas serangkaian hasil buruk itu ke pundaknya sendiri, tetapi ini bukanlah fenomena baru.

Brighton telah memenangi tiga pertandingan terakhir mereka di Old Trafford, di bawah tiga manajer yang berbeda. Masalahnya, bukan Amorim, melainkan situasi yang diwarisinya.

"Kami harus mengakui momen itu dan tidak mengabaikan masalah itu. Semua orang di sini sedang tidak bermain bagus."

"Apa pun situasinya, kami memang tidak bermain bagus dan harus menerimanya. Tidak dapat diterima kalah dalam begitu banyak pertandingan, bagi klub Liga Inggris mana pun."

"Namun, bayangkan, ini Manchester United. Jadi, ini adalah momen yang sangat sulit, tetapi kami harus terus maju, tidak ada cara lain. Kami harus menderita dan terus maju," kata Amorim selepas laga.

Hal yang paling buruk bagi Manchester United adalah fakta bahwa Brighton bahkan tidak perlu bermain bagus untuk menang.

Brighton hanya membutuhkan tiga tembakan tepat sasaran untuk mencetak tiga gol. Kiper Andre Onana, yang tampil gemilang saat melawan Southampton, berhasil membuat kesalahan fatal sehingga tim tamu mencetak gol ketiga.

Yasin Ayari melepaskan umpan silang yang tidak mengarah ke siapa pun. Alih-alih melakukan penyelamatan rutin, Onana justru meluncur keluar dan mengoper bola ke arah Georginio Rutter untuk mencetak gol ke gawang kosong. Itu adalah rasa malu yang merangkum penampilan Manchester United.

Sementara The Red Devils hanya melepaskan satu tembakan tepat sasaran, yang berasal dari penalti babak pertama Bruno Fernandes.

Untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, mereka gagal melepaskan tembakan tepat sasaran dari permainan terbuka dalam pertandingan liga di Old Trafford.

Itu adalah salah satu hari ketika para peneliti terpaksa membuka buku rekor untuk mencari tahu kapan terakhir kali Manchester United seburuk ini.

Kekalahan dari Brighton adalah kekalahan kandang keenam mereka di Liga Inggris musim ini--kekalahan terbanyak dari 12 pertandingan kandang pembuka mereka dalam satu musim liga selama 130 tahun.

Terakhir kali kekalahan itu terjadi--pada musim 1893/1894--mereka bahkan belum bernama Manchester United (masih bernama Newton Heath) dan bermain di Stadion Bank Street.

Kebangkitan dan Kemunduran

Sebetulnya, kata yang lebih tepat menggambarkan penampilan Brighton ialah efektivitas.

Memang, mereka datang ke Old Trafford setelah hanya memenangi satu dari sembilan pertandingan liga terakhir mereka.

Hanya saja, kita tidak boleh mengesampikan kebangkitan Brighton semenjak pergantian tahun. Sudah tiga laga tidak terkalahkan di semua ajang (dua menang dan satu seri) sebelum jumpa Manchester United.

Satu-satunya hasil imbang bahkan diraih ketika menjamu Arsenal (1-1) pada laga pembuka tahun 2025.

Sebelum melakukannya di Old Trafford, Brighton mencetak minimal tiga gol saat membungkam Norwich City 4-0 di Putaran Ketiga Piala FA pada 11 Januari 2025.

Namun, terakhir kali mereka mencetak tiga gol di pertandingan liga terjadi pada Oktober 2024 melawan Tottenham Hotspur (3-2).

Jadi, terlihat bagaimana kebangkitan Brighton memasuki 2025 yang membuat pelatih mereka, Fabian Hurzeler, tak terkejut dengan kemenangan di kandang Manchester United meski punya penampilan belum maksimal.

"Kami tidak terkejut. Kami belum mendapatkan hasil yang mungkin pantas kami dapatkan. Kami tampil sangat matang."

"Kami mengendalikan permainan dan menciptakan peluang. Para pemain tampak cukup percaya diri di lapangan," kata Fabian Hurzeler.

Sementara bagi Manchester United, jelas kekalahan itu menjadi kemunduran. Semenjak di tangan Ruben Amorim, mereka kini telah kalah tujuh kali dari 15 pertandingan pertamanya.

Pelatih asal Portugal itu menjadi Manajer Manchester United pertama yang mengalami hasil itu, sejak Jimmy Murphy yang mengambil alih sebentar setelah bencana udara Munchen pada 1958.

"Kami harus memahami bahwa kami memecahkan semua rekor buruk. Lawan lebih baik dari kami dalam banyak hal."

"Ini adalah momen yang sulit, Anda harus mengakui bahwa kami berada dalam situasi yang sangat sulit," kata Amorim.

Sejak Amorim mengambil alih dari Erik ten Hag pada November 2024, timnya telah meraih 11 poin dari 11 pertandingan liga.

Mereka berada di posisi ke-13 dalam klasemen, hanya lima posisi dan 10 poin di atas zona degradasi. Bahayanya adalah keadaan bisa memburuk sebelum membaik.

Lima pertandingan liga Manchester United berikutnya tiga di antaranya melawan tim di atas mereka dan dua lainnya di bawah.

Jika tim Amorim menyerahkan poin kepada tim seperti Fulham, Crystal Palace, Tottenham, Everton, dan Ipswich Town selama bulan depan, mereka akan jauh lebih dekat ke zona degradasi daripada sekarang.

Masalahnya, justru Manchester United lebih kesulitan melawan tim semenjana. Buktinya, mereka bisa mengalahkan Manchester City dan Arsenal serta bermain imbang kontra Liverpool.

Namun, The Red Devils kalah mudah dari Nottingham Forest, AFC Bournemouth, dan Wolverhampton Wanderers.

Sementara itu, sebelum kekalahan terakhir yang mengerikan melawan Brighton, Manchester United memberikan penghormatan kepada Denis Law.

Mantan penyerang legendaris mereka, yang meninggal pada usia 84, Jumat, 17 Januari 2025, dirayakan dengan sebuah patung di luar Old Trafford dan merupakan bagian dari salah satu tim terhebat mereka pada 1960-an.

Apa yang terjadi sekarang tidak bisa dipisahkan dari kesuksesan yang dinikmati Law dan rekan-rekannya, sesuatu yang dipaparkan dengan jelas oleh Amorim dalam konferensi pers selepas pertandingan.

"Kami mungkin tim terburuk dalam sejarah Manchester United. Dalam 10 pertandingan terakhir di Liga Ingris, kami hanya menang tiga kali. Kami harus bertahan sekarang," ujar pelatih 39 tahun itu.

Di situlah Manchester United berada. Berfokus pada bertahan hidup ketimbang mencoba masuk deretan papan atas klasemen untuk bergabung tim dengan nama besar lainnya.