Pawang Hujan, Kearifan Lokal yang Mendunia
Aksi pawang hujan Rara Istiani Wulandari lebih menyita perhatian warganet ketimbang perjuangan para pebalap dalam MotoGP Mandalika. (Foto: MotoGP)

Bagikan:

JAKARTA - Ajang MotoGP Mandalika sukses menarik perhatian masyarakat Indonesia dan dunia. Bahkan sesaat mengalihkan masalah minyak goreng yang masih langka atau Menteri Perdagangan yang mengaku kalah melawan mafia minyak goreng.

Lombok pun secara ekonomi mampu menuai dampak positif. Hotel dan penginapan penuh. Tempat kuliner ramai. Belum dihitung pasti berapa nilai ekonominya. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan gelaran Pertamina Grand Prix of Indonesia atau MotoGP 2022 di Mandalika diperkirakan memberikan multiplier effect (multi efek) perputaran ekonomi di atas target Rp500 miliar. Selain berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja baru secara langsung maupun tidak langsung yang berada dikisaran 35-50 ribu orang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pemerintah menggelontorkan dana Rp2,5 triliun. Apakah nilai tersebut kembali? Kalau dari angka yang dinyatakan Sandiaga Uno rasanya tidak siginifikan.

Pastinya ajang MotoGP Mandalika jadi trending. Tapi yang fenomenal adalah aksi pawang hujan Rara Istiani Wulandari yang tiba-tiba nongol di arena menghentikan hujan.

Sebenarnya untuk mengantisipasi hujan BMKG sudah melakukan rekayasa ilmiah. Menggunakan teknologi canggih untuk mengusir hujan. Menggunakan pesawat terbang.

Meski upaya canggih dilakukan hujan tetap turun. Nah, disinilah Rara Istiani Wulandari, pawang hujan asal Bali turun tangan. Dengan ritualnya ia langsung turun ke arena.. Sontak kamera tv, baik nasional maupun internasional menyorot hingga mendunia. Tak kurang pebalap dunia yang berlomba ikut men-tweet aksi pawang hujan tersebut.

Ada yang mencela, ada yang menganggap sekedar hiburan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan pawang hujan MotoGP Mandalika 2022, Rara Istiani Wulandari, yang jadi perbincangan di media sosial adalah bagian dari atraksi kearifan lokal yang menarik perhatian.

Sah-sah saja. Mau percaya boleh, tidak juga tidak apa-apa. Bahkan pengalaman pribadi penulis, seorang teman yang bergerak di bidang Event Organizer (EO) punya langganan tetap pawang hujan. Jasa pawang itu selalu dipakai jika ia menggelar event, terutama di area terbuka. Artinya, meski sekarang disebut sebagai era digital atau juga era metaverse jasa pawang hujan masih laku. Apakah sukses menghentikan hujan? Walahualam. Susah dibuktikan secara ilmiah. Kalo meminjam istilah almarhum Gus Dur, 'gitu aja repot'. Anggap saja hiburan. Seperti aksi yang dilakukan Rara Istiani Wulandari di ajang MotoGP Mandalika.

Justru yang patut disoroti adalah soal sirkuit dan penyelenggaraan. Seperti dirangkum dari berbagai media, setidaknya ada beberapa yang patut jadi catatan, antara lain sisi keselamatan dan kesiapan Sirkuit Mandalika untuk gelar balapan, gravel Sirkuit Mandalika tajam dan lintasan kotor.

Sementara dari sisi penyelenggara, banyak penonton yang jauh-jauh datang ke Mandalika harus kecewa. Mulai dari susahnya masuk ke lokasi, jalanan macet hingga petunjuk yang kurang jelas.

Ini harus jadi perhatian. Karena MotorGP ini event internasional. Membawa nama Indonesia. Bahkan disebut-sebut sebagai titik balik pulihnya ekonomi nasional.

Presiden Jokowi yang hadir menyerahkan piala sempat mengakui bahwa ajang MotorGP Mandalika masih banyak kekurangan. Sebuah pengakuan jujur dari seorang kepala negara. Tapi, pengakuan tersebut harusnya menjadi cambuk dan evaluasi bagi panitia dan penyelenggara. Termasuk instansi terkait. Jangan sebatas slogan. Sayang begitu besar uang negara yang digelontorkan di saat ekonomi morat marit tidak menuai hasil maksimal.