SURABAYA – Setahun belakangan China berhasil mendaratkan wahana di Bulan dan Mars. Hal ini membuat mantan astronot sekaligus calon bos NASA Pam Melroy merasa khawatir.
Diketahui, Melroy adalah salah satu dari tiga kandidat wakil administrator NASA yang dicalonkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Belum lama ini, Melroy tampil di hadapan Senat AS untuk menjawab beberapa pertanyaan, termasuk soal aktivitas China di luar angkasa.
BACA JUGA:
"Bukan hanya pendaratan di Mars, yang sangat mengesankan, tapi juga beberapa pendaratan di Bulan, dan tentu saja konstruksi baru untuk memulai stasiun luar angkasa di orbit rendah Bumi," ungkap Melroy.
Prestasi China di Luar Angkasa Makin Gemilang
Dikutip dari Space, Minggu 23 Mei, menilik beberapa waktu ke belakang, pada 2019 China berhasil mendaratkan rover Chang'e 4 di sisi terjauh Bulan. Misi ini disusul oleh Chang'e 5 pada 2020 yang berhasil membawa pulang sampel Bulan ke Bumi.
Begitu pun, pada akhir pekan lalu China berhasil mendaratkan rover Zhurong di Mars sebagai bagian dari misi Tianwen-1. Karena pencapaian tersebut, China menjadi negara kedua yang sukses mendaratkan rover di Planet Merah setelah AS.
Namun, Melroy tidak sama sekali berniat untuk bergabung bersama China. Ia tetap akan mendukung hukum saat ini yang melarang NASA untuk terlibat dalam aktivitas luar angkasa dengan China tanpa dukungan Kongres AS, atau yang dikenal sebagai Wolf Amendment.
"China telah membuat cita-citanya sangat jelas - untuk mengambil kejayaan luar angkasa dari AS. Jadi, kami berhak untuk khawatir, jika Anda menambahkan kekhawatiran lain tentang pencurian kekayaan intelektual dan perilaku agresif di luar angkasa," ujar Melroy.
"Namun, kami harus beroperasi bersama-sama di domain luar angkasa. Jadi ada kalanya bagi kepentingan bersama AS untuk berbicara dengan China," tambahnya.
Melroy juga berbicara tentang insiden baru-baru ini, di mana tahap inti roket China Long March 5B jatuh tak terkendali ke Bumi pada 8 Mei lalu. Meski jatuhnya tahap inti Long March 5B tidak ada korban yang dilaporkan, tetapi kejatuhan pertama pada tahun 2020 tampaknya menyebabkan kerusakan properti di negara Pantai Gading, Afrika Barat.
"NASA mengembangkan praktik mitigasi standar puing-puing orbital , yang telah berkembang biak di seluruh dunia, dalam hukum dan kebijakan serta bagaimana norma teknis yang baik dan norma keselamatan harus berkembang biak. Kita juga perlu memanggil China - seperti yang dilakukan Administrator Nelson - ketika mereka melanggar norma-norma itu," tegas Melroy.
Artikel ini telah tayang dengan judul Calon Bos Baru NASA Ketar-ketir Lihat Kesuksesan China di Luar Angkasa.
Selain terkait luar angkasa, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.