7 Manfaat Tantrum pada Anak yang Jarang Diperhatikan oleh Orang Tua
Ilustrasi anak tantrum tanda kesehatan emosional (iStock)

分享:

SURABAYA - Dari segi parenting, tantrum adalah salah satu cara anak meluapkan emosinya. Orang tua harus tahu bahwa untuk mengendalikannya adalah tantangan tersendiri. Namun, harus diketahui bahwa ada manfaat tantrum pada anak yang patut diketahui oleh orang tua agar tak salah persepsi.

Tantrum disebut sebagai penanda kesehatan emosional anak anak. Beberapa ahli memberikan informasi tentang tanda kesehatan emosional anak yang diekspresikan lewat tantrum. Dilansir laman Parents, Selasa, 16 November, berikut sisi positif dari tantrum:

1. Tangisan Menghindarkan dari Rasa Luka

Seorang parenting educator sekaligus penulis, Deborah MacNamara, Ph.D., mengatakan bahwa marah, frutasi, menangis atau merengek merupakan cara melepaskan stres. Menangis juga telah dibuktikan bisa menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesejahteraan emosional asalkan ada orang yang dicintai di sampingnya.

Wajib diperhatikan oleh orang tua bahwa setelah anak tantrum, saat suasana hati jauh lebih baik, saran Deborah, hindari mengganggu prosesnya hingga anak-anak selesai merilis perasaan mereka. Menurutnya, menangis bukanlah luka tetapi proses menjadi tidak terluka.

2. Tangisan bagian dari proses belajar

Pendiri Hand in Hand Parenting, Patty Wipfler, mengatakan bahwa ia pernah bekerja menjadi babysitter anak usia 5 tahun beberapa tahun lalu. Ia mengamati ketika anak terjebak dalam situasi yang membuatnya stres, misalnya bermain lego tetapi sulit membangun sesuai yang dimaui, ia menangis keras sekali. Setelah mengamuk, anak tersebut duduk dan memperbaiki struktur lego.

Tantrum adalah cara seorang anak untuk berjuang dan mengekspresikan frustasi. Dengan begitu membantu menjernikan pikiran sehingga mereka dapat mempelajari sesuatu yang absurd. Menurut penelitian yang dirujuk Wipler, agar pembelajaran berlangsung, seorang anak harus bahagia dan santai, dan mengekspresikan kekecewan emosional adalah bagian dari proses ini.

3. Membuat tidur makin nyenyak

Bagi orang tua, pendekatan dilakukan supaya anak tidak tantrum dan kesal. Tetapi ternyata semakin dilarang semakin ia memendam perasaannya dan meluap saat otaknya butuh istirahat. Artinya anak sering terbangun dalam tidurnya bisa disebabkan stres yang terpendam atau mencoba memproses sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka.

4. Bilang ‘tidak’ itu bagus

Ketika orang tua melarang aktivitas yang diingini anak, atau berkata ‘tidak’, itu bagus karena memberi anak batasan tentang perilaku yang bisa diterima dan tidak bisa diterima. Kadang-kadang diperlukan ukuran pas untuk mengatakan ‘tidak’ supaya tidak menekan segi emosional anak.

5. Perasaan aman

Tantrum bisa dipicu berbagai alasan. Disebalik alasan tersebut ada yang lebih esensial, yaitu cinta dan koneksi antara orang tua dan anaknya. Seperti kaos kaki salah warna atau enggak suka menu makan bisa memicu kekesalan anak, tetapi ketika ia tantrum tetaplah berempati pada perasaannya supaya ia tetap merasa aman.

6. Membangun koneksi emosional lebih kuat

Anak yang pemarah bukan tidak menghargai kehadiran orangtuanya. Justru sebaliknya, ketika ia menjadi pemarah dan sering tantrum, berikan pelukan dengan sedikit kata yang menenangkan. Anak akan lebih menyerap penerimaan tanpa syarat dari orangtuanya dan merasa lebih dekat setelahnya.

7. Perilaku jangka panjang jadi lebih kooperatif

Emosi anak bisa diekspresikan dengan berbagai cara, seperti agresi, menyimpannya rapat-rapat, atau menolak bekerja sama dalam tugas-tugas sederhana misalnya menyikat gigi atau makan sendiri. Ini adalah tanda umum bahwa anak sedang berjuang dengan emosinya. Tantrum bisa membantu anak melepaskan perasaan yang menghalangi dirinya dan dalam jangka panjang bisa jadi lebih kooperatif.