Pola Asuh Helicopter: Parenting yang Punya Dampak Negatif untuk Tumbuh Kembang Anak, Berikut Tandanya
Ilustrasi orang tua terapkan pola asuh helicopter (iStockphoto)

Bagikan:

SURABAYA - Perkembangan anak dipengaruhi banyak hal, salah satunya adalah pola asuh. Dari ilmu parenting, pola asuh juga memiliki banyak jenis, salah satunya adalah pola asuh helicopter.

Pola asuh helicopter adalah saat orang tua melakukan pengawasan terhadap anak secara intensif. Orang tua juga cenderung mengarahkan seluruh aktivitas anaknya. Pola asuh ini memang punya efek baik, namun efek negatifnya juga harus diwaspadai.

Tanda Pola Asuh Helicopter

Efek negatif pola asuh helicopter adalah seperti membatasi cita-cita personal anak hingga membatasi kemandirian buah hati. Oleh karenanya mengenali tanda pola asuh ini dapat mencegah dampak negatif yang akan berpengaruh pada perkembangan anak. Berikut tanda yang perlu Anda kenali agar Anda bisa menghindari efek negatif dalam cara mendidik anak.

1. Ikut campur relasi anak dengan temannya

Anak-anak pun dalam membangun relasi membutuhkan prosesnya sendiri. Tak jarang mereka berkonflik bahwa bertengkar dengan sebayanya. Apabila anak berkonflik dengan temannya, tetapi Anda mengangkat telepon dan menghubungi orang tua teman putra Anda, bisa jadi tanda Anda terlalu ikut campur dalam relasi anak.

Anda perlu mengambil langkah mundur. Mengarahkan anak mungkin sangat diperlukan, tetapi membiarkannya mandiri menyelesaikan masalah dengan teman-temannya adalah cara paling tepat agar mereka belajar bagaimana membangun relasi secara mandiri.

2. Pekerjaan rumah anak dikerjakan orang tua

Terdapat tugas yang perlu diselesaikan anak selama di rumah. Seperti membereskan pakaiannya sendiri, merapikan meja belajarnya, hingga menyelesaikan pekerjaan rumah dari sekolah. Ini termasuk tanda orang tua menerapkan helicopter parenting. 

Paling bijak, biarkan anak-aak mencari tahu sendiri dan menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Berikan mereka semangat dan menjadi pendukung agar mereka bisa bertahan di situasi sulit.

3. Menjaga anak-anak dengan ‘tali pendek’

Ketika anak-anak beranjak belia, orang tua tak perlu mengantarkan mereka pergi ke rumah temannya. Hindari melakukan helicopter parenting dengan terlalu mengekang anak-anak. Cobalah untuk menciptakan peluang bagi anak-anak untuk mandiri.

Biarkan mereka bermain di luar rumah ataupun berkunjung ke rumah temannya dengan cara yang lebih mandiri.

4. Anak tak dibiarkan alami kegagalan

Pikirkan Anda terakhir kali membuat kesalahan. Kemungkinannya adalah, Anda belajar dari kesalahan. Ini juga terjadi pada anak-anak.

Mereka juga akan belajar dari kesalahan. Trial and error mengerjakan bagaimana anak beproses di dunia. Jika Anda mengambil alih proyek atau tugas untuk melakukan tugas-tugas mereka  demi ‘melakukannya dengan benar’, mereka tidak akan belajar bagaimana mengatasi masalah di masa depan.

5. Melatih pengajar mereka

Jika Anda meneriakkan saran dari tribun selama anak-anak bermain atau menyudutkan pengajar mereka setiap kali memberi pelajaran, mungkin sudah waktunya Anda sedikit tarik mundur. Dilansir WebMD, Minggu, 19 Juni, jika anak-anak meminta bantuan Anda, mungkin Anda bisa mengajarkan cara berbicara sendiri dengan pengajarnya.

Selain tanda di atas, sebagai tambahan, menjaga anak-anak seaman yang diperlukan itu memang perlu. Tetapi bukan seaman mungkin sehingga meminta anak-anak selalu berpegangan tangan dengan Anda agar tidak jatuh, misalnya.

Biarkan mereka memanjat, terjatuh ketika bermain lari-larian, atau lutut mereka tergores. Ini bagus untuk pertumbuhan mereka sebagai pribadi.