Gempa Malang termasuk Megatrust atau Bukan? Ini Penjelasan BMKG
Gempa Malang (Sumber: ANTARA)

Bagikan:

Surabaya – Gempa Malang mencuri perhatian masyarakat. Gempa dengan magnitudo (M) 6,1 itu tak hanya menyebabkan sejumlah bangunan rusak, namun juga menelan korban jiwa. Gempa yang mengguncang Malang dan sekitarnya itu terjadi pada hari Sabtu, 10 April. Gempa tersebut juga sempat memicu perdebatan. Banyak masyarakat yang bertanya, apakah gempa Malang termasuk megatrust atau bukan.

Mengenal Gempa Megatrust

Adanya isu gempa megatrust awalnya beredar di media sosial. Isu tersebut muncul dari pemberitaan media tentang hasil kajian peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai gempa bumi kuat di zona megatrust di selatan Pulau Jawa. Gempa tersebut juga dikatakan berpotensi mendatangkan tsunami setinggi 20 meter.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan bahwa hingga saat ini pengertian tentang gempa bumi megatrust masih belum tepat.

Gempa megatrust dipahami sebagai hal baru yang akan terjadi dalam waktu dekat, dengan kekuatan besar, dan mampu merusak dan menimbulkan gelombang besar. Sayangnya anggapan masyarakat tentang gempa tersebut tak tepat.

“Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat," kata Daryono, dikutip dari Antara, Senin 12 April.

Zona megatrust, kata Daryono, adalah istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Dalam hal ini, lempeng samudra yang menghunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) di bidang kontak antarlempeng, yang mampu bergesar secara tiba-tiba. Hal itu yang kemudian memicu gempa.

Jika terjadi gempa, maka lempeng benua yang ada di di atas lempeng samudra akan gerak terdorong naik. Jalur subduksi lempeng sendiri pada umumnya sangat panjang dan kedalamannya dangkat mencakup bidang kontak antarlempeng.

Zona subduksi sendiri diasumsikan sebagai patahan naik yang besar dan kini populer disebut dengan zona megatrust.

Gempa Malang Bukan Megatrust

Daryono melalui akun Twitternya mengatakan bahwa gempa yang terjadi di Malang bukan termasuk  Megatrust.

"Gempa selatan Malang ini bukan termasuk Gempa Megathrust, tetapi gempa menengah di Zona Beniof, karena deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang," sebut Daryono lewat akunnya, @Daryonobmkg, Sabtu, 10, April.

Disebut gempa megathrust, cuit Daryono, jika gempa tersebut pusatnya di bidang kontak antar lempeng dengan kedalaman kurang dari 45-50 kilometer. Subduksi sendiri masih landai dan belum menikik.

“Kalau sudah di bawah bidang kontak maka slab menukik, di sini disebut zona beniof," ujarnya.

"Gempa Jatim kemarin di bawah kontak kuncian utama, di kedalaman 80 kilometer," lanjut Daryono.

Selain terkait gempa Malang, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.