Awasi Penanganan Bencana Erupsi Gunung Semeru, Gubernur Jatim Khofifah Pindah Kantor ke Lumajang
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meninjau lokasi terdampak awan panas guguran Gunung Semeru (Fiqih Arfani/Antara)

Bagikan:

SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus memantau penanganan bencana erupsi Gunung Semeru. Bahkan, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sementara berkantor di Lumajang agar dapat memantau penanganan bencana. 

"Seluruh pekerjaan saya kerjakan dari Lumajang, dan beberapa agenda saya minta Pak Wagub Emil Elestianto Dardak untuk mewakili," jelas Khofifah kepada wartawan di Kabupaten Lumajang, dilansir Antara, Minggu, 6 Desember.

Bantuan untuk Korban Letusan Gunung Semeru

Khofifah menilai, saat ini yang jadi prioritas adalah penanganan bencana, khususnya search and rescue (pencarian dan penyelamatan). Penanganan juga mencakup mencukupi kebutuhan para pengungsi. Pemprov Jawa Timur dan Pemkab Lumajang terus memaksimalkan layanan pada masyarakat terdampak bencana.

"Saya ingin memastikan konsolidasi data dan koordinasi pencarian, penyelamatan, evakuasi dan penanganan pengungsi berjalan efektif dan semoga tidak ada yang terlewat," katanya.

Keputusan berkantor di Lumajang juga diakuinya usai melihat luas dampak letusan Gunung Semeru di Kecamatan Candipuro, seperti di Kampung Renteng, Dusun Kamar Kajang, Desa Sumber Mujur, Desa Sumberwuluh, Desa Penanggal, dan Desa Sumber Rejo.

Di Kecamatan Pronojiwo, desa terdampak adalah Supiturang, Sumber Urip dan Desa Oro-Oro Ombo. Tak hanya itu, akses jalan dari pusat pemerintahan dan perekonomian juga terputus akibat ambrolnya Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan antara Lumajang dan Kabupaten Malang.

Khofifah Ingin Penanganan Bencana Lebih Cepat

Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu menegaskan bahwa dengan berkantor langsung di Lumajang maka koordinasi antarpemangku kebijakan terkait dalam upaya penanganan kegawatdaruratan bisa menjadi lebih cepat.

Kepada Pemkab Lumajang, Khofifah meminta agar koordinasi antara wilayah Candipuro dan Pronojiwo harus terjaga guna memastikan kebutuhan warga dan pengungsi selalu tercukupi, termasuk penanganan kesehatan.

Pada Sabtu, 4 Desember sore, Gunung Semeru mengeluarkan awan panas dan menimbulkan hujan abu ke daerah di sekitarnya. Warga yang tinggal di perkampungan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu mengungsi untuk menghindari dampak guguran awan panas.