Debu Vulkanik Semeru Sebabkan Iritasi Hidung dan Saluran Napas, Relawan dan Masyarakat DIminta Pakai Masker N95
Petugas kesehatan memeriksa warga yang terdampak awan panas guguran Gunung Semeru (ANTARA)

Bagikan:

SURABAYA - Relawan dan masyarakat di sekitar Gunung Semeru, Jawa Timur dianjurkan mengenakan masker saat beraktivitas. Hal itu disebabkan karena debu vulkanik Semeru yang mengandung silica, sehingga mampu menyebabkan iritasi hidung dan saluran napas.

Dampak Debu Vulkanik Semeru

Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan pulmonologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Arto Yuwono Soeroto menjelaskan, tidak hanya mencegah dampak debu vulkanik, masker juga mencegah penularan virus corona.

"Pada orang yang tidak punya riwayat penyakit paru, debu-debu vulkanik dalam keadaan akut bisa bikin iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan saluran napas," helas Arto dalam keterangan pers yang diterima di Bandung, Jawa Barat, Antara, Jumat, 10 Desember. 

Pada orang yang punya penyakit paru-paru seperti asma dan penyakit paru-paru obstruktif kronik paparan debu vulkanik akan memperberat penyakit. Sedangkan orang yang terpapar debu vulkanik dalam waktu lama berisiko mengalami kelainan paru-paru yang disebut silikosis.

Masker N95 Mampu Saring Debu Vulkanik

Oleh karena itu, Arto menyarankan para sukarelawan yang bertugas di sekitar Gunung Semeru memakai masker N95 yang memiliki kemampuan paling baik dalam menyaring debu vulkanik.

"Idealnya pakai masker N95, tetapi semuanya dikaitkan dengan persediaan dan biaya," kata Arto.

Warga yang mengungsi atau berada di sekitar Gunung Semeru, ia melanjutkan, sebaiknya paling tidak memakai masker medis.

"Sebaiknya jangan pakai masker kain, karena proteksinya tidak besar. Tapi jika tidak ada persediaan masker medis, masker kain bisa dipakai daripada tidak memakai sama sekali," katanya.

Usahakan Cegah COVID-19

Apabila memungkinkan, dia menyarankan agar masker diganti setiap empat jam sekali atau ketika masker dalam kondisi basah. Arto juga menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 di tempat-tempat pengungsian warga yang terdampak peningkatan aktivitas Gunung Semeru.

"Jangan hanya mencegah debu masuk ke tenda pengungsian, tetapi perlu ditimbang juga mengenai upaya untuk mencegah penyebaran COVID-19," katanya.