SURABAYA - Saat menghadiri Tadarus Ramadan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengajak masyarakat memberantas kemiskinan spiritual dan material di Tanah Air.
"Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yakni miskin material dan miskin spiritual. Keduanya memiliki perbedaan ciri yang bisa diketahui dan mudah dikenali," jelasnya, seperti dikutip dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Rabu 13 April.
BACA JUGA:
Kemiskinan Spiritual pada Orang Kaya
Ia menilai, selain keberadaan masyarakat yang bergelut dengan kemiskinan material, ada pula orang kaya yang menderita kemiskinan spiritual. Hal itu terlihat pada perilaku sehari-hari mereka. Tidak hanya terlihat pada pribadi, tapi juga terjadi kepada masyarakat.
Muhadjir menilai, kemiskinan harta benda itu sulit diatasi. Namun, menanggulangi kemiskinan spiritual lebih rumit lagi. Banyak orang yang cepat sadar dan mengaku bahwa dirinya miskin material. Bahkan, banyak yang mengaku miskin ketika bantuan sosial (bansos) dihadirkan. Berbeda dengan kesadaran kemiskinan spiritual yang sulit muncul di benak manusia.
“Mereka merasa baik-baik saja, padahal orang lain melihat dirinya sudah melampaui batas dan tidak wajar. Perilaku sombong, kikir, serakah, maksiat kerap kali ditunjukkan. Bahkan, mereka sebenarnya sudah sadar, namun malah berbangga diri dengan sikap buruk yang dilakukan,” ucapnya, melansir Antara.
Mengatasi Kemiskinan Spiritual
Oleh karena itu, Muhadjir mendorong Muhammadiyah khususnya UMM untuk bisa mengatasi dan menjangkau keduanya, baik kemiskinan spiritual maupun material.
Misalnya, dari Fakultas Agama Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta lainnya bisa perlahan mengikis kemiskinan spiritual, sedangkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial Politik dan pihak lainnya dapat memberi solusi akan masalah kemiskinan harta.
Muhammadiyah Berpihak pada Kemiskinan
Ia menilai Muhammadiyah telah lama berjuang mengentaskan kemiskinan, baik melalui pemberdayaan maupun penyadaran spiritualitas. Keberpihakan terhadap orang miskin, anak yatim, dan kaum pinggiran juga sesuai dengan teologi Al-Maun Muhammadiyah.
“Semoga di Ramadan ini kita dapat dijauhkan dari sifat-sifat iri, dengki, culas dan perilaku buruk lainnya, bulan suci ini juga dapat dijadikan sebagai momen koreksi untuk memperbaiki diri di kemudian hari,” tandasnya.
Artikel ini telah tayang dengan judul Banyak Mengaku Miskin Saat Ada Bansos, Menko PMK: Perilaku Serakah Kerap Diperlihatkan, Bahkan Sadar Bangga Bersikap Buruk.
Selain terkait kemiskinan, dapatkan informasi dan berita daerah Jawa Timur melalui VOI Jatim.