SURABAYA – Polrestabes Surabaya mengungkap kasus mafia tanah yang melibatkan seorang aparatur sipil negara (ASN) sebagai salah satu tersangkanya.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Jhonny Edison Isir mengungkapkan dalam perkara ini telah menetapkan tiga tersangka.
BACA JUGA:
"Komplotan mafia tanah ini salah satunya merebut tanah seluas 17,5 hektare senilai Rp476 miliar milik ahli waris Ikhsan di Jalan Margomulyo Indah Blok B, Kelurahan Manukan Kulon, Kecamatan Tandes Surabaya," katanya kepada wartawan di Surabaya dikutip Antara, Kamis, 10 Juni.
Modus Kasus Mafia Tanah
Tiga orang yang ditetapkan sebagai tersangka adalah Djerman Prasetyawan, usia 49 tahun, Subagiyo (52) dan Samsul Hadi (52), semuanya warga Kota Surabaya.
Kombes Isir menjelaskan modus kasus ini di antaranya dengan memalsukan dokumen objek tanah, hingga kemudian memenangkan gugatan perdata di pengadilan, serta selanjutnya dipergunakan sebagai lampiran untuk mengajukan sertifikat hak milik ke kantor pertanahan setempat.
Bahkan Kantor Pertanahan Kota Surabaya I telah melakukan pengukuran dan menerbitkan peta bidang, sebelum akhirnya kasus mafia tanah ini terbongkar.
Kepala Kantor Pertanahan Kota Surabaya I Kartono Agustiyanto berdalih mengabulkan permohonan dari para tersangka dengan melakukan pengukuran serta menerbitkan peta bidang karena telah menerima berkas pengajuan secara formal yang dinyatakan lengkap.
"Salah satu lampiran dalam pengajuan yang mereka sertakan adalah bukti putusan pengadilan. Bagi kami sudah formal dan lengkap. Karenanya kemudian dilakukan pengukuran hingga akhirnya terbit peta bidang," katanya.
Ketika belakangan diketahui ada pemalsuan dalam berkas pengajuan tersebut, menurut Kartono, menjadi ranah kepolisian untuk membuktikannya.
Kombes Isir membenarkan ada putusan perdata dari Pengadilan Negeri Surabaya yang dijadikan lampiran pengajuan sertifikat hak milik yang diajukan oleh para tersangka.
"Kawan-kawan dari Kantor Pertanahan Surabaya I secara yuridis formilnya melihat ada putusan pengadilan, sehingga kemudian diproses melakukan pengukuran hingga menerbitkan peta bidang. Namun secara materiil, yang kemudian bisa kita ungkap, ternyata ada setingan," paparnya.
Kapolrestabes Isir mengatakan dalam komplotan mafia tanah yang telah ditetapkan tersangka ini, ada yang berperan sebagai penadah. Selain itu, Subagiyo, salah satu tersangka, adalah seorang ASN yang pernah menjabat sebagai perangkat kelurahan dan sekretaris camat di wilayah setempat.
Polisi masih terus mengembangkan penyelidikan perkara ini, yang diduga melibatkan banyak oknum di lingkungan pemerintahan maupun kantor pertanahan.
Artikel ini telah tayang dengan judul Polisi Ungkap Kasus Mafia Tanah yang Libatkan ASN di Surabaya.
Selain terkait kasus mafia tanah, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.