SURABAYA – Walkot Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan permohonan maaf atas laporan nenek Sumirah yang hidup sebatang kara di Surabaya tidak tersentuh bantuan. Pemerintah kota disebut Eri Cahyadi yang harus bertanggungjawab.
“Pemerintah kota saya yang salah,” ujar Eri Cahyadi dalam video yang diunggah di akun Instagramnya, Kamis, 26 Agustus.
BACA JUGA:
Walkot Surabaya Minta Jajaran Turun ke Masyarakat
Dia memerintahkan seluruh ASN Pemkot Surabaya harus turun menjangkau seluruh masyarakat.
“Tolong turun, lihat, jangan pernah mulai hari ini lagi di Pemerintah Kota Surabaya ada orang miskin, pejabat pemerintah kota Surabaya tidak tahu. Makanya mutar, dikelilingi daerahnya,” kata Eri Cahyadi tegas.
“Saya minta maaf. Nenek Sumirah sudah dalam penanganan Pemkot Surabaya,” imbuhnya.
Dalam pengarahan virtual, Rabu, 25 Agustus, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meminta jajarannya di Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, untuk aktif turun ke masyarakat khususnya saat pandemi COVID-19.
"Dari semua itu, hanya satu keinginan saya yaitu ingin seluruh pejabat pemkot membahagiakan umat," kata dia.
Melalui pengarahan itu, Wali Kota Eri ingin para jajarannya menciptakan suasana kerja yang nyaman, hangat, bahagia, bebas berinovasi dan penuh tanggung jawab. Dengan begitu, diharapkan seluruh staf di pemkot dapat bekerja secara maksimal demi kemaslahatan warga.
Wali Kota Eri ini memaparkan, apabila seluruh stafnya bekerja sepenuh hati, nyaman dan bebas berinovasi. Maka, semakin banyak pula ide-ide dan inovasi yang muncul untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi di Kota Pahlawan. Bahkan, dia juga meminta semua jajaran untuk tidak duduk di belakang meja saja, tetapi aktif turun langsung ke masyarakat.
"Saya minta tolong kepada panjenengan semua, kerja yang maksimal bukan karena harta atau tahta. Tapi ikhlas bekerja sebagai amalan jariyah," ujarnya.
Untuk menjadi seorang pemimpin, lanjut dia, harus mampu menyelesaikan persoalan dengan cepat dan tepat. Bagi dia, pemimpin sejati adalah pemimpin yang mampu memikirkan, melindungi serta membahagiakan umatnya.
Makanya, berkali-kali Wali Kota Eri Cahyadi menekankan, agar seorang pemimpin harus memiliki sifat humanis, pandai berkomunikasi dan penuh inovasi.
"Keluar dari zona nyaman. Ubah cara bekerja yang seperti itu, ubah cara berkomunikasi. Penjenengan (anda) tidak perlu jadi pemimpin yang ditakuti," katanya.
Apalagi di masa pandemi COVID-19, orang nomor satu di lingkungan Pemkot Surabaya ini memastikan seluruh jajaran harus semakin peka dalam memberi pelayanan serta menggunakan empatinya dalam bekerja. Terutama kelurahan dan kecamatan yang menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat.
Tak hanya itu, Eri pun meminta mulai saat ini, seluruh pejabat harus mengetahui apabila ditemukan warga membutuhkan khususnya di masing-masing wilayahnya.
"Tolong warganya dimonitor bapak ibu, itu yang namanya pejabat. Sekali lagi, kuncinya panjenengan turun ke masyarakat," ujarnya.
Artikel ini telah tayang dengan judul Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Minta Maaf Nenek Sumirah Tak Tersentuh Bantuan: Saya yang Salah.
Selain terkait Walkot Surabaya, dapatkan informasi dan berita nasional maupun internasional lainnya melalui VOI.