Atlet Disabilitas Khalimatus Sadiyah Dapat Penghargaan Tertinggi dari Pemprov Jatim
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa/FOTO VIA ANTARA

Bagikan:

SURABAYA - Atlet disabilitas Khalimatus Sadiyah mendapat penghargaan Lencana Jer Basuki Mawa Beya. Lencana tersebut merupakan tingkat tertinggi dalam penghargaan.

Pemberian lencana diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur lantaran Khalimatus berdedikasi dan berprestasi mengangkat nama daerah.

"Lencana Jer Basuki Mawa Beya Emas merupakan tanda kehormatan tertinggi dari Pemprov Jatim kepada seseorang yang telah berdedikasi dan berprestasi mengangkat nama Jawa Timur," tutur Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya dikutip Antara, Rabu, 13 Oktober.

Khalimatus Sadiyah Harumkan Nama Indonesia

Bagi Khofifah, Khalimatus Sadiyah tidak hanya mengangkat nama Jatim, tetapi juga mengharumkan nama bangsa di kancah internasional atas prestasinya di Paralimpiade Tokyo 2020, yang berlangsung belum lama ini.

Atlet kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 17 September 1999 itu, berpasangan dengan Leani Ratri Oktila, pada cabang olahraga bulu tangkis nomor ganda putri klasifikasi SL3-SU5 Paralimpiade Tokyo 2020.

Klasifikasi SL3 -SU5 merupakan atlet dengan gangguan berjalan atau tidak seimbang, serta keterbatasan bagian tubuh atas.

Di babak final yang berlangsung di Yoyogi National Stadium Tokyo, Jepang, Sadiyah/Ratri meraih medali emas setelah mengalahkan pasangan ganda Cheng Hefang/Ma Huihi dari China dalam dua gim langsung, dengan skor 21-18, 21-12.

Khofifah menyematkan Lencana Jer Basuki Mawa Beya kepada Khalimatus Sadiyah usai upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-76 Provinsi Jawa Timur di halaman Gedung Negara Grahadi Surabaya. Khofifah juga memberikan bonus prestasi kepada Khalimatus Sadiyah berupa uang sebesar Rp750 juta.

Rasa Syukur Khalimatus Sadiyah

Menanggapi apresiasi itu, Khalimatus mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan padanya. Menurutnya prestasinya ini berhasil diraih tak lepas dari dukungan dari berbagai pihak.

Alim, sapaan akrabnya, dengan segala keterbatasannya sebagai penyandang disabilitas menyukai olahraga sejak kecil, di antaranya dengan bermain bola voli dan sepak bola.

Alim kemudian mulai serius menggeluti olahraga bulu tangkis ketika duduk di bangku kelas 5 SD dan bergabung dengan klub Bendo Sport di Mojosari, Mojokerto.

Peraihan Medali Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020

Dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di Paralimpiade, tercatat terakhir kali memperoleh medali emas di tahun 1980 yang berlangsung di Arnhem, Belanda.

Maka, medali emas yang diraih Alim bersama Ratri di Paralimpiade Tokyo 2020 adalah pertama kalinya setelah mengalami paceklik selama 41 tahun.

Indonesia menempati peringkat 43 di Paralimpiade Tokyo 2020 dengan total perolehan sembilan medali, yaitu dua emas, tiga perak dan empat perunggu.