Mengenal Broken Heart Syndrome, Penyakit yang Mirip dengan Serangan Jantung
Ilustrasi broken heart syndrome (iStockphoto)

Bagikan:

SURABAYA - Istilah Broken Heart mungkin hanya dikenal untuk menggambarkan patah hati dalam urusan cinta. Namun perlu diketahui bahwa ada sebuah penyakit yang mirip dengan serangan jantung bernama broken heart Syndrome.

Mengenal Broken Heart Syndrome

Broken heart syndrome, dilansir Cleveland Clinic, Rabu, 15 Desember, punya gejala yang hampir sama dengan penyakit jantung. Sejumlah perbedaannya seperti mengalami sesak napas dan nyeri dada. Bedanya, broken heart syndrome bukan dikarenakan oleh penyumbatan arteri koroner ataupun kerusakan jantung permanen.

Penyakit broken heart syndrome disebut juga dengan stres kardiomiopati atau takotsubo cardiomyopathy.

Takotsubo adalah sebuah istilah di jepang yang menggambarkan perangkat gurita dengan bagian bawah yang lebar dan leher yang sempit. Bentuknya menyerupai ventrikel kiri jantung yang tertekan seperti pada broken heart syndrome.

Pemicu Broken Heart Syndrome

Sindrom ini dipicu oleh stres emosional dan fisik seperti kesedihan karena kematian orang yang dicintai, perasaan kehilangan, kabar buruk, ketakutan yang intens, kemarahan yang ekstrim, bahkan menerima kabar baik pun bisa jadi pemicunya.

Selain itu, penyakit ini bisa dipicu oleh masalah kesehatan tertentu seperti peristiwa fisik yang melelahkan, serangan asma, dypnea, kejang, stroke, demam tinggi, hipoglikemia, kehilangan banyak darah, dan operasi.

Di banyak kasus, sindrom ini tak banyak memakan korban jiwa. Hanya 1 persen dari seluruh orang yang pernah mengalami broken heart syndrome meninggal dunia. Rata-rata, kondisi jantung mereka tak normal karena stres emosional dan fisik dialami wanita.

Sejumlah 88 persen penderita broken heart syndrome adalah wanita setelah menopause dalam rentang usia 58-77 tahun.

Penyebab Broken Heart Syndrome

Apa penyebab broken heart syndrome pada jantung? Gejala yang dijelaskan di atas, ternyata tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Para ahli berpikiran bahwa hormon-hormon stres, seperti adrenalin, noradrenalin, epinefrin, dan norepinefrin, bisa mengganggu fungsi jantung dan paling masuk akal menjadi pemicu broken heart syndrome.

Menurut ahli, broken heart syndrome bisa mengganggu ritme jantung yang mulanya normal menjadi tidak stabil. Selain itu, menyebabkan bagian dari jantung membesar sementara waktu dan menyebabkan kontraksi yang lebih kuat di jantung area lainnya. Perubahan tersebut memicu terjadi kegagalan otot jantung dalam memompa darah.

Tanda Broken Heart Syndrome

Tanda-tanda broken heart syndrome, meliputi nyeri dada yang parah, sesak napas, ventrikel kiri jantung melemah, cairan menumpuk di paru-paru, dan tekanan darah rendah. Broken heart syndrome juga memicu komplikasi meskipun jarang terjadi.

Oleh karena serangan ini tidak terduga dan bersifat sementara, maka sangat disarankan untuk melakukan cek kesehatan secara rutin.

Pencegahan Broken Heart Syndrome

Nah, sebagai langkah pencegahan, ahli menyarankan untuk mempelajari dan menjalani manajemen stres serta teknik pemecahan masalah yang membantu menurunkan tingkat stres fisik dan emosional.

Misalnya dengan teknik-teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, menulis jurnal, dan membiasakan mindfulness. Disamping itu, perlu menjalani pola hidup sehat untuk menyokong kesehatan secara keseluruhan.